Ya. Gadis itu
adalah Ozawa. Dia melihat kejadian tadi, mulai dari Tiffany yang masih tertidur
di situ sampai Tiffany pindah ke tempat tidurnya. Untungnya ia tidak mengetahui
saat Tiffany mengecup kening Taeyeon. Mungkin saja ia menyukai salah satu dari
mereka, bisa Taeyeon, bisa juga Tiffany.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi telah
datang. Sinar matahari yang hangat menerpa wajah Taeyeon. “Enghh..” Taeyeon
membalikan badan, membelakangi sinar matahari yang mengganggunya.
TAEYEON POV
Aku merasakan
ada tangan yang mengguncang-guncang tubuhku. Aku bisa merasakannya. Tangan yang
memberiku kehangatan. Tangan yang ingin kupegang setiap aku melihatnya. Tangan
yang dimiliki orang yang kusukai. Tangan yang sangat lembut itu. Ya.Itu tangan
Tiffany. Ia mengguncang-guncang badanku dengan berkata “Hoi, Taeyeon. Bangun
bangun, apa kau ingin berlibur terus?”
“Ah iya. Aku lupa, hari ini adalah hari
pertama masuk sekolah setelah libur pergantian semester”
Aku membuka
mataku perlahan, samar-samar melihat bayangan Tiffany yang semakin lama semakin
jelas. Aku kucek-kucek mataku secara perlahan.
‘Tes’
Cairan bening
menetes tepat di punggung tanganku yang berada di bawah kepala Tiffany. “Hah?
Apa ia menangis?” tanyaku heran dalam hati. Segera aku menengok padanya.
Ternyata tidak. Ia baru saja mandi sehingga air yang masih tersisa di rambutnya
menetes ke tanganku. “Haha.. Untuk apa dia menangis?” Aku tertawa dalam batinku
karena pikiranku yang tidak-tidak.
“Heh, kenapa
malah senyum-senyum begitu? Cepatlah bangun, kalau tidak nanti bisa telat”
Ujarnya heran karena melihatku senyum-senyum sendiri.
“Iya iya” Aku
menjawab sambil melirik ke arah jam dinding. Jam 06.45.
“Ah masih jam segitu, sekolah mulai kan pukul
08.00” dalam hati aku berkata.
Tiffany
berjalan menuju tumpukan pakaiannya, baru kusadari ia hanya memakai handuk saja
yang menutupi tubuhnya. Ia mencari-cari seragamnya yang akan dipakai nanti.
Baju putih beserta rok berwaran abu-abu kebiruan akhirnya didapatkannya. Ia
terdiam sebentar dan menoleh ke arahku.
“Jangan mengintip
ya..” katanya dengan wajah memerah karena malu.
“O-Oh iya.”
Aku menjawab dengan tergagap-gagap karena tadi sempat serius memikirkan mimpi
tadi malam. Dengan menutup seluruh wajahku dengan selimut agar aku tak tergoda
untuk mengintipnya, aku membayangkan tentang mimpiku.
Di mimpiku, aku bertemu dengan bidadari yang sangat cantik
sekali, kulitnya putih bersih, memakai pakaian yang sangat indah serba putih,
kurasa wajahnya agak-agak mirip dengan Tiffany. Mungkin hanya perasaanku saja.
Ia datang padaku dan mengecupku, tepat di keningku. Setelah itu bidadari itu
mengajakku untuk pergi bersamanya, namun ia
berjalan terlalu cepat, sangat cepat. Aku terus mengejarnya dengan
berlari sekuat tenaga, tapi kulihat dia malah terbang, terbang menjauh dariku. Aku
tetap berlari mengejarnya walaupun ia sudah hampir tak terlihat di langit. Aku
tersandung sebuah benda dan terjatuh dengan kepala mendarat duluan.
‘Duk’
Sakit sekali rasanya, tapi tetap kuberdiri dan berlari
kecil. Kepalaku rasanya berputar-putar, lalu kusadari ada cairan mengalir
melewati mata dan hidungku. Kucari sumber cairan itu dengan merabanya, ternyata
dari kepala. Cairan berwarna merah. “Darah”
pikirku dalam hati. Aku tak peduli, tetap ku berlari ke arah bidadari sampai
aku bertemu dengan seorang pria. Cukup tampan, ia mengulurkan tangannya padaku,
mengajakku pergi bersamanya dengan arah berlawanan dari bidadari itu. Aku tak
menghiraukannya, tetap berlari lurus. “Pria
itu.. mirip Lee Teuk oppa” Aku berpikir demikian. Tak kusadari aku sampai
di sebuah jurang. Jurang yang sangat
dalam. Kucoba mendekati pinggiran jurang tersebut dan melihat kebawah, saking
dalamnya sampai-sampai dasar jurang pun tak terlihat. Aku menyadari ada orang
di belakangku, kulihat ke belakang.
“Ternyata pria tadi..”
Tiba-tiba ia memegang kedua pundakku, dan mendorongnya ke
depan sehingga aku terpeleset dan terjatuh. Ya. Terjatuh ke dalam jurang
tersebut. Setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi. Menjadi gelap.
‘Srreett’
Selimut pun ditarik bersamaan dengan Taeyeon yang selesai dengan lamunannya
tentang mimpi itu. “Bagaimana menurutmu??” Tanya seorang gadis yang memakai
baju putih dan rok abu-abu tersebut. Taeyeon terpana melihatnya, ia terlihat
beda sekali dengan seragam SMA itu.
“Emm..
lumayan” kata Taeyeon.
“Cantik sekali Tiffany” itulah yang
sebenarnya ada di pikiran Taeyeon.
Kali ini
rambutnya diurai, tidak dikuncir seperti kemarin. Perhatian Taeyeon beralih
pada pintu kamar mandi yang terbuka. ‘Kreekk’ Pintu kamar mandi terbuka.
Terlihat Ozawa yang sudah memakai seragamnya keluar dari kamar mandi.
“Ohayou.. eh
maksudku joheun achimieyo. Hehe”
sapanya dengan ramah.
“Ya, selamat
pagi” balas Taeyeon dan Tiffany hampir bersamaan.
Memang, ia
tidak bisa menghilangkan kebiasaannya dalam berbahasa Jepang, ya sudah pasti
karena ia sudah tinggal di Jepang selama dua puluh tahun. Tak mungkin ia
melupakannya. Kemudian Taeyeon berdiri, mengambil handuk dan langsung berjalan
menuju kamar mandi.
“Eh Tiffany,
kami berdua ke ruang tengah duluan ya” kata Ozawa sambil menggandeng tangan
Tiffany.
“Ya” Dengan
sedikit rasa cemburu Taeyeon menjawab.
Setelah
Taeyeon selesai mandi, dia segera menuju ke ruang tengah. Para penghuni asrama
selalu melakukan ini sebelum pergi ke sekolah. Sudah menjadi kebiasaan sejak
dulu. Di ruang tengah, Taeyeon melihat sekeliling, tampak Sunny sedang asik
memainkan Nintendo DS nya. “Ah
bisa-bisanya dia bermain dahulu sebelum berangkat” Taeyeon berpikir dalam
hati sambil terus mengamati. Sooyoung, sempat-sempatnya ia menonton TV. Yuri,
Yoona dan Hyoyeon sedang sibuk mencontek PR milik Seohyun yang sudah dikerjakan
sepenuhnya. “Oh iya, PR ku sama sekali
belum dikerjakan!” Taeyeon panik sambil segera mengambil buku di tasnya
yang berwarna biru muda yang sedang digendongnya. Dengan tergesa-gesa duduk di
sebelah Yuri dan menyalin PR nya. Ya, PR selama liburan cukup banyak,
sebenarnya sudah sangat tidak mungkin jika mereka dapat menyelesaikan semua itu
dalam 45 menit. Sekarang sudah pukul 07.15.
“Ahaha. Bodoh
sekali dia” Tawa Sooyoung tiba-tiba meledak saat menonton kartun kesukaannya,
Spongebob. Ozawa dan Tiffany pun terlihat asik sekali menonton. Suara tertawa
Sooyoung membuat konsentrasi mereka buyar saat mengerjakan PR, lebih tepatnya
menyontek PR. Tak lama kemudian terlihat Jessica yang sudah memakai seragamnya
berjalan ke arah ruang tengah. Dia selalu saja menjadi yang terakhir, mungkin
karena bangunnya yang paling telat.
“Selamat pagi
Tuan Putri” ejek Sooyoung sambil masih serius menonton TV.
“Pagi. Hehe”
Gadis itu menjawab dengan tersenyum, tidak menyadari bahwa itu adalah ejekan,
bukan pujian. Ia menuju ke dapur, membuat minum dan duduk bersama
mereka-mereka.
Saat duduk,
matanya tak sengaja menoleh pada PR yang sedang dikerjakan mereka berempat.
“Hah apa
ini??”
“PR lah,
memang apa lagi??” jawab Yoona tanpa memalingkan wajah dari bukunya.
“Wah
banyak??”
“Sangat”
balas mereka berempat serentak.
“Aduh aku
belum nih, bagaimana ya?”
“Ckck, dasar
kau. Kau santai-santai begitu kukira sudah mengerjakan PR” Decak Taeyeon.
Jessica pun
segera nimbrung dengan mereka, ikut menyontek PR. Seohyun yang PR nya dicontek
massal hanya bisa pasrah saja.
“Yah habis!”
Lagi-lagi teriakan Sooyoung mengagetkan mereka.
“Berisik kau”
Jessica melempar bantal sofa ke arah Sooyoung.
“Haha.. mianhae”
kata Sooyoung sambil melempar bantal yang lebih besar ke arah Jessica dan
langsung kabur.
“15 menit
terakhir” ucap Seohyun sudah seperti pengawas ujian saja.
“Ah, aku satu
halaman juga belum. Tak mungkin bisa selesai” ucap Jessica dengan nada pasrah.
‘Sreet’
Seseorang
mengambil buku yang dari tadi diconteki oleh kelima orang itu, menutupnya dan
memasukannya dalam tas. “Maaf unnie.. Waktunya sudah habis” Maknae itu berkata
sambil menunjuk pada jam dinding. Mereka semua menoleh pada jam dinding. Pukul 07.55. Dengan tergesa-gesa mereka segera
merapikan buku, membawa barang-barang mereka dan memasukkan dalam tas. Tiffany
melihat Jessica menyelipkan bantal kecil ke dalam tas.
“Persediaanku
jika pelajaran sangat membosankan. Ehehe” Katanya pada Tiffany yang kemudian
tersenyum ke arah Jessica. Semua pun sudah siap untuk berangkat. Seohyun
mengunci pintu asrama rapat-rapat, dan menyimpan kunci itu di dalam saku roknya
yang berwarna abu-abu itu.
TAEYEON POV
Aku berjalan
paling depan, memikirkan bagaimana ekspresi Kwon Lucy, guru Kimia kami saat
melihat tugasku hanya dikerjakan satu per sepuluhnya. Hmm.. Dia termasuk dalam
“The Big Three”, yaitu tiga guru yang paling galak di SMA HyoSang tersebut.
Tatapannya sangat menyeramakan, membuat bulu kudukku merinding. Aku seperti
ingin menempelkan stiker “Beware of The Teacher” di punggungnya. Pernah suatu ketika
pada saat ulangan kimia, aku menyempatkan diri untuk melihat secarik kertas
kecil yang kubuat sebelum ulangan. Ya, kertas contekan.
Flashback:
Aku menaruh tangan
kiriku di atas paha, dan melihat contekan itu dengan perasaan deg-degan. “Ah, tenang
saja Taeyeon, dia masih duduk di kursinya sambil membaca, tak mungkin ia
melihatmu” Taeyeon bergumam dalam hatinya sendiri. Kemudian aku kembali melihat
secarik kertas itu, lama-kelamaan aku pun keasikan melihat contekan itu.
Tiba-tiba aku merasakan aura yang tidak baik tepat di belakangku. Bulu kudukku
berdiri, aku menggigit bagian bawah bibirku, tanganku gemetaran. Kemudian aku
menoleh ke meja guru.
*DEG*
Tidak ada siapa-siapa di sana, kursinya kosong, hanya ada
buku yang masih terbuka tergeletak di atas meja. Lalu di mana dia? Aku rasakan
hembusan nafas tepat di belakang leherku, dengan gemetaran kulihat kebelakang.
“Ah sialan” umpatku dalam hati yang
tertangkap basah mencontek saat ulangan oleh Bu Kwon Lucy.” Bagaimana ia bisa
tiba-tiba muncul di belakangku? Bahkan aku tak mendengar langkah kakinya. Ilmu
macam apa yang ia pakai?” aku mulai berpikir aneh-aneh.
“Kertas apa itu?” tanya Kwon Lucy.
“Contekanlah, memang
kertas apa lagi? Dasar bodoh” aku bermaksud untuk mengatakan itu, tapi
karena aku masih waras, aku menjawab dengan sopan. “B-Bukan, bukan apa-apa”
Kemudian ia mengambil kertas itu, menyimpannya dalam saku
dan menunjuk ke arah pintu sambil memandangku. “Keluar kau”
“Mampus aku”
pikirku dalam hati.
Dengan kaki gemetaran aku berdiri, melangkah perlahan-lahan
menuju pintu dan keluar kelas.
Ya, begitulah
kejadiannya. Sejak saat itu aku merasa takut saat berpapasan dengannya. Aku
sering mengintipnya saat ia sendirian di ruang guru, berharap ia melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal gaib, karena aku masih penasaran
mengapa ia bisa tiba-tiba ada di belakangku ketika itu.
‘Sreet’
Seseorang
mengaitkan tangannya pada tanganku, bisa kurasakan kulitnya yang halus dan
lembut bergesekan dengan kulitku. Aku pun menoleh padanya, gadis itu bertanya.
“Hey Taeyeon.
Kok diam saja sih? Kau tak keberatan kan kalau aku menggandengmu??”
“Oh, kau
Tiffany. Tentu saja tidak keberatan”
“Sama sekali tidak keberatan walaupun sampai
malam juga” pikirku berlebihan.
“Haha..
Kamsahamnida” kata Tiffany sambil mempererat
genggaman tangannya terhadap tanganku. Aku menikmati tiap-tiap
sentuhannya, tak terasa aku sudah sampai di depan kelas.
“Ini kelasku,
dan akan menjadi kelasmu juga” Jelasku pada Tiffany.
“Oh inikah?
Baiklah ayo kita masuk!!”
Kami berdua berjalan
memasuki kelas yang sudah cukup ramai. Ya, karena jam menunjukan pukul delapan
kurang sedikit.
“Emm Taeyeon,
boleh aku duduk di sebelahmu?” Tanya Tiffany padaku sambil memegang kedua
tanganku, Tiffany dan aku saling berhadapan satu sama lain.
“Soalnya aku
belum mengenal mereka semua dengan baik. Boleh ya boleh??”
“Hmm..
baiklah kalau kau memaksa ”
Tiffany
berhasil membujukku, walaupun aku juga memang mau duduk bersebelahan dengannya.
Sebentar aku berjalan menuju Ozawa yang sibuk bermain Nintendo DS milik Sunny
sejak tadi berangkat dari asrama.
“Hei Ozawa”
sapaku padanya.
“Hmm?”
“Hari ini aku
duduk bersama Tiffany ya??”
“Ha? Lalu
aku??”
“Kau??” aku
berpikir sebentar “Ah dengan Jessica!!”
“Huh? Kau mau
aku duduk dengannya??” “Tidak mau ah, bisa-bisa setiap perkataanku dianggapnya
sebagai lagu pengantar tidur lagi” ejeknya, lalu menoleh ke arah Jessica yang
memang sedang tertidur.
“Ah, bisa
saja kau ini!!”
“Bisa dong
Taeyeon~ah”
“Haha.. Ya
sudahlah, kau cari saja sendiri siswi lain yang mau duduk denganmu”
“Uuu..
teganya kau” balas Ozawa sengan cemberut.
“Ya
sudah ya, dadah” candaku padanya sambil
berjalan kembali ke Tiffany. Tiffany menatapku, tatapan penuh pengharapan.
Berharap agar Ozawa mengizinkannya duduk bersamaku.
“Gimana?
Boleh kan??” tanya Tiffany penasaran.
“Boleh dong,
dia kan orang yang baik”
“Asssiik”
Tiffany menoleh pada Ozawa dan tersenyum padanya. Ozawa pun membalas senyumannya
, tapi ada yang aneh di balik senyumannya. Senyumannya itu....
“...senyuman palsu”
pikirku.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
‘Kriiinnggg’
Bel berbunyi,
tanda jam sekolah sudah usai. Para siswi pun dengan tertib keluar dari kelas,
kembali ke asrama mereka masing-masing.Termasuk kami bersepuluh.
Semakin hari
aku pun semakin dekat dengan Tiffany. Kami sering sekali bercanda berduaan,
bahkan bermanja-manjaan. Kedekatanku dengan Tiffany hampir melebihi kedekatanku
dengan Ozawa. Kemana-mana kami pun selalu berdua. Di mana ada aku, di situ ada
Tiffany. Anehnya, Ozawa hanya diam saja melihat kedekatan kami yang semakin
lama semakin baik itu. Tetapi ada yang berbeda dari tatapan Ozawa kepadaku.
Dahulu, saat aku dan Ozawa masih dekat, tatapan hangatnya seperti ingin
berkata:
“I will kiss
you”
Dan setelah
kedekatanku dengan Tiffany, tatapannya berubah. Sangat gelap dan dingin,
tersirat dalam caranya melihatku seperti tidak suka saat aku bersama dengan
Tiffany. Tatapan sinis itu seolah-olah berkata
“I will kill
you”
Ya,
tatapannya berbeda sekali, bagaikan harimau yang bersiap untuk menerkam
mangsanya. Apakah mungkin ia menyukai Tiffany?? Atau jangan-jangan.. Taeyeon
berpikir sejenak. Ah itu sangat tidak mungkin. Aku berpikir tentang itu sambil
duduk di ruang TV dengan teman-teman lain.
‘Syuut’
Sebuah benda
berwarna putih mendarat tepat di dalam mulutku, aku menjulurkan lidahku dan
mengambilnya.
“Popcorn??” tanyaku dalam hati sambil
melihat Sooyoung yang menertawakanku karena lemparannya tepat sasaran.
“Haha.. bengong
terus. Filmnya sudah disetel tuh” ujarnya padaku.
“Iya iya,
lagian kan belum mulai” jawabku sambil merangkul pundak Tiffany yang berada di
sebelahku dan menyenderkan kepalaku pada bahunya.
Aku kembali
memasukkan popcorn tadi ke dalam mulutku dan memakannya.
“Mmmh.. terlalu asin” gumamku dalam hati.
Tiffany
membelai-belai rambutku yang terurai, momen-momen seperti ini lah yang tak mau
aku lewatkan. Rasanya membuatku sangat senang, membuatku sejenak melupakan pria
yang telah menyakiti hatiku. Ya, Lee Teuk oppa. Ia meninggalkanku, padahal aku
masih mencintainya. Dia berkhianat terhadap cinta kita berdua, cinta yang telah
diukir di bawah pohon tempat kami biasa menghabiskan waktu berduaan. Di pohon
itu, terukir gambar hati dan nama kami berdua. Tepat di bawah ukiran hati tu
tertulis ‘4ever’. Tulisannya memang ‘4ever’ tetapi buktinya hanya ‘4months’. Ya.
Hanya 4 bulan aku berpacaran dengannya, dan ia pergi meninggalkanku tanpa
alasan. Tapi kini kucoba untuk membuangnya jauh-jauh dari pikiranku, karena tiap
kali mengingatnya, dadaku terasa sesak. Kubuang memori-memori itu dengan
megalihkan perhatian pada film yang bari dimulai 5 menit yang lalu.
“Film apa
ini?” tanyaku pada Sooyoung yang sudah menghabiskan semua popcorn sebelum
filmnya dimulai.
“Love is
Hard, mungkin drama romantis begitu” jawabnya tanpa memalingkan wajah dari TV.
“Oh” Aku
hahnya meng-oh-kan saja.
TIFFANY POV
Perasaanku
sangat tenang ketika aku berada si sebelah Taeyeon
“Mungkin karena aku...menyukainya??” aku
bertanya pada diriku. Aku membelai-belai rambut Taeyeon yang masih menyenderkan
kepalanya di bahuku. Kurasakan ada yang bergetar-getar disaku celanaku. HP ku
tentunya, satu pesan diterima.
“Pasti cowok sialan itu lagi”
Aku menekan
tombol tengah pada HP milikku, ternyata benar.
To: Tiffany
Kemana saja kau? Kenapa SMS ku tak pernah dibalas? Aku
merindukanmu
-Hyesung-
Tak kubalas
SMSnya itu, saking bencinya aku kepadanya. Aku sekarang sudah melupakannya,
karena di sampingku sudah ada orang yang bisa menggantikannya. Seseorang yang
aku sukai. Seseorang yang menemaniku saat kesepian. Seseorang yang menawarkan
tangan hangatnya saat aku kedinginan. Seseorang yang mungkin nanti bisa
menyembuhkan hatiku yang hancur berkeping-keping ini. Ya, Taeyeon lah orangnya.
TAEYEON & TIFFANY POV
“Ya, orang di sebelahku ini dapat
menyembuhkan lukaku...”
“Ya, orang di sebelahku ini dapat
menyembuhkan lukaku...”
“...di masa lalu”
“...di masa lalu”
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suatu hari
setelah jam sekolah selesai, Taeyeon langsung kembali ke asramanya dan masuk ke
dalam kamarnya. Menaruh tasnya didekat tempat tidur dan merenahkan dirinya,
terlentang di tempat tidurnya.
“Uh lelahnya...” Beberapa menit kemudian
ia pun tertidur dengan masih memakai seragam berwarna merah muda yang biasa
dipakai setiap hari Kamis dan Jumat.
Tak lama dari
itu, Tiffany masuk kamar dengan seragam yang sama dengan Taeyeon, ya itu pasti,
karena mereka satu sekolah. Jam menunjukkan pukul 05.45 sore. Tiffany berjalan
menuju Taeyeon dengan smpoyongan karena memang kelelahan. Karena tak melihat ke
bawah, ia pun tersandung tas berwarna biru muda itu.
“Ahh”
‘Bruukk’
Tiffany
terjatuh, terjatuh di atas sesuatu yang empuk. Bukan, bukan di atas kasur
melainkan tepat di atas tubuh Taeyeon yang tadi tertidur lelap. Kini tubuh
Tiffany sepenuhnya berada di atas tubuh Taeyeon. Wajah mereka saling
berdekatan. Sangat dekat.
“Nggh..”
Taeyeon terbangun. Ia menyadari Tiffany berada di atas tubuhnya. Matanya
bertatapan dengan mata Tiffany.
TAEYEON POV
Dia
menekanku, aku bisa merasakannya. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku, tak
pernah sedekat ini sebelumnya. Hatiku dan hatinya sekarang menjadi sangat
dekat, memang benar-benar dekat. Keringatku mulai menetes, saking gugupnya.
Kuberanikan diri untuk bertanya
“F-Fany~ah..
A-Apa yang k- kau..”
‘Kreekk’
Pintu kamar
terbuka, seorang gadis melihat kami berdua. Di atas tempat tidur. Segera
Tiffany langsung mengangkat badannya dan berdiri. Pura-pura merapikan bajunya.
Gadis itu terdiam di pintu, lalu berkata
“Maaf aku
mengganggu waktu pribadi kalian” dan langsung keluar kamar lagi.
“Ozawa!
Tunggu dulu!! Ini tidak seperti yang kau pikirkan!” teriak Tiffany sambil
mengejarnya.
“Apa yang tadi Tiffany lakukan padaku?? Apa
ia mencoba menciumku? Atau jangan-jangan... ah tidak. Tidak mungkin Tiffany
ingin melakukan itu padaku” aku bertanya-tanya dalam hatiku. Mencoba
mencari tahu apa yang tadi terjadi, aku keluar kamar menyusul Tiffany. Tidak
ada siapa-siapa? Apa hanya baru kami bertiga saja yang sudah kembali ke asrama?
Kuketuk pintu kamar nomor 2, tak ada sahutan. Begitu juga kamar terakhir.
Kucari ke dapur, kamar mandi, ruang TV, tak ada. Hanya kosong. Aku menengok ke
pekarangan asrama melalui jendela, kulihat dua gadis seperti meributkan sesuatu.
Aku berjalan mendekat dengan harapan mereka tetap melanjutkan apa yang sedang
mereka ributkan. Salah satu gadis menoleh ke arahku dan berkata “Silahkan
lanjutkan waktu pribadi kalian” kemudian pergi entah kemana. Aku melihat ke
arah Tiffany, matanya berkaca-kaca.
“Taeyeon!!”
Dia berlari ke arahku. Sebuah pelukan mendarat ke tubuhku. Aku tersentak kaget,
setelah berada di atas tubuhku sekarang ia memelukku.
“T-Taeyeon.. Mianhae,
aku tadi tak bermaksud untuk itu”
“Untuk itu?” aku bertanya dalam hati.
Tiffany melepaskan pelukannya.
“Tadi aku tak
sengaja tersandung tas mu yang tergelatak di lantai. Aku tadinya hanya ingin
berbaring di sebelahmu, tapi malah menimpamu” lanjutnya dengan kepala menunduk.
Ia terlihat malu, mukanya memerah.
“Oh jadi
begitu kejadiannya” Rasa penasaranku sudah hilang, aku mendapatkan jawabannya.
“Hmm..”
Tiffany mengiyakan. Kulihat setetes cairan bening itu mulai keluar dari matanya
yang indah. Ya, dia menangis.
“Taeyeon,
tolong beritahu Ozawa tentang kejadian sebenarnya. Aku minta tolong sekali
padamu” pintanya sambil meneteskan tetesan kedua dari matanya.
“Iya, nanti
akan kujelaskan padanya. Jangan menangis lagi dong..” Aku mengelus-elus
punggung Tiffany, berharap tak ada lagi tetesan air mata keluar dari matanya.
Kasihan sekali.
“Kamsahamnida
Taeyeon~ah” akhirnya ia pun tersenyum. Aku menatap matanya, sorot matanya
terlihat berwarna-warni. Bagaikan pelangi yang muncul setelah turunnya hujan.
Aku
mengajaknya untuk masuk kembali ke asrama, karena sepertinya langit terlihat
tidak bersahabat. Benar, tak lama kemudian setelah para siswi lain kembali ke
asrama, hujan turun dengan deras. Aku melihat sekeliling asrama, tak kudapatkan
Ozawa.
Di suatu
tempat cukup jauh dari asrama, terlihat seorang yeoja mengenakan seragam SMA
HyoSang. Berdiri di tengah-tengah lapangan yang cukup luas. Wajahnya diterpa
oleh air hujan yang sedang turun dengan deras, memang tak terlihat bahwa
sebenarnya ia menangis. Menangis karena sesuatu yang membuat hatinya teriris.
“Apa yang tadi mereka lakukan??” Ozawa
mulai berpikir yang tidak-tidak sambil terus menangis.
“Apakah benar yang dikatakan Tiffany tadi
bahwa itu hanya kecelakaan??” Dia terus bertanya-tanya dalam hatinya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di asrama,
Taeyeon terlihat sangat khawatir, bisa dilihat dari sorot matanya yang berbeda
dari biasanya.
“Aku akan
mencari Ozawa” Tanpa berpikir panjang lagi Taeyeon berlari menerobos derasnya
hujan.
“Hey
Taeyeonnie!! Mau mencarinya di mana?? Sebaiknya nanti saja setelah hujan reda!”
Teriakan
Seohyun itu sepertinya tidak digubris oleh Taeyeon, ia tetap berlari, mencari
di mana Ozawa berada. Ia adalah sahabatnya yang sangat penting baginya,
tanpanya Taeyeon mungkin tidak mendapat teman yang banyak. “Sahabat yang selalu menemaniku saat
kesepian. Sahabat yang selalu ada saat aku dalam masalah. Sahabat yang tidak
ada dua nya. Sahabat yang sangat...”
“...aku cintai” pikirnya sambil terus
berjalan di tengah hujan yang tambah deras.
“Kalung ini, kalung yang kubeli bersama Taeyeon saat itu” ujarnya
dalam hati.
“Kalung ini adalah...”
“...tanda persahabatan kita, Taeyeon”
“...tanda persahabatan kita, Ozawa”
Mereka tanpa
sengaja memikirkan sesuatu yang sama, di tempat yang berbeda. Dari kejauhan,
Taeyeon melihat seorang gadis berdiri di tengah-tengah lapangan. Ia segera
berlari mendekatinya, namun tak terlalu dekat.
“Ozawa!!”
teriak Taeyeon.
Gadis itu pun
memalingkan wajahnya, menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya. Ia
menghapus air hujan yang dari tadi menerpa wajahnya.
“Apa yang kau
lakukan disitu?! Bisa-bisa kau tersambar petir!” Taeyeon berteriak lagi.
“Biarkan!
Biar saja aku tersambar petir!” balas Ozawa.
“Ah.. Tentang
kejadian tadi, itu kau hanya salah paham!”
“Salah paham bagaimana?!
Sudah jelas-jelas aku melihatnya!”
Mereka saling
berteriak satu sama lain karena suara hujan yang semakin deras.
“Percayalah!!
Aku ber-” Sudah tidak terlihat lagi, Taeyeon sudah tidak ada dalam penglihatan
Ozawa. Hanya suaranya yang terdengar samar-samar tidak jelas.
“Ah sialan, hujannya deras sekali” ungkap
Taeyeon. Taeyeon berusaha berjalan mendekat ke arah Ozawa, walaupun tidak tahu
mana arah yang tepat. Angin bertiup kencang ke arah Taeyeon, seperti tak
memperbolehkannya mendekati Ozawa. Bertiup sangat kencang sampai-sampai hampir
membuatnya terjatuh.
Samar-samar
Ozawa melihat bayangan Taeyeon. Ia berjalan mendekati Taeyeon, terlihat pohon
di sebelah Taeyeon bergoyang-goyang, seperti mau tumbang. Ternyata benar, pohon
yang cukup besar itu mau tumbang.
“Awas
Taeyeon!!” dengan sekuat tenaga Ozawa berlari mencoba meraih Taeyeon, ia
seperti dibantu oleh angin yang mendorongnya dari belakang.
‘Krreekk’
‘Bruuukkkk’
Terdengar
suara yang sangat keras sekali, ya pohon itu tumbang. Terlihat Taeyeon dan
Ozawa terjatuh di tanah, ia berhasil menyelamatkan Taeyeon dari pohon yang
tumbang itu.
“Ozawa? Kau
tak apa-apa??” Tanya Taeyeon sangat khawatir.
“Ne.. Ak-aku
tak apa-apa”
‘Uhukk’ Ozawa
terlihat terbatuk, ia menutupi mulutnya dengan tangannya.
“Kenapa
kau??” Karena penasaran, Taeyeon menarik tangan Ozawa, dilihatnya tangan Ozawa.
“Darahh??!!”
“Ozawa! Apa
kau benar-benar tidak apa-apa??” Taeyeon berdiri, mengangkat Ozawa dari tanah
yang terlihat sudah tak bisa menampung air itu.
“Uuuh..
be-berat sekali kau” Tidak bisa, ia tak berhasil mengangkat Ozawa.
“A-aduh
s-sakit” Ozawa mengerang kesakitan.
Dilihatnya tubuh
Ozawa dari kepala sampai kaki.
*DEG*
Taeyeon
sangat terkejut melihat bagian kaki Ozawa.
Darah
berlumuran di sekitar kaki Ozawa, Ozawa tetap mengerang kesakitan. Taeyeon tak
begitu melihat dengan jelas apa yang menyebabkan darah mengucur dari kaki
Ozawa, karena hujan yang cukup deras dan kepala Taeyeon yang pusing karena
terjatuh barusan. Akhirnya Taeyeon mendekatinya dan benar-benar terkejut sambil
menutup mulutnya.
“O-Ozawa..
Ka-kakimu..”
Ya,
pemandangan yang mengerikan.Sebuah batang kayu yang tajam menancap cukup dalam
tepat di bagian paha kanan Ozawa.
-To Be Continued-
Wowww, ozawa cemburu kayanya^^
ReplyDeleteserem aja batang pohon nancep.. ga slh thor