Friday, March 23, 2012

My (Girl) Friend: Chapter 2


Ya. Gadis itu adalah Ozawa. Dia melihat kejadian tadi, mulai dari Tiffany yang masih tertidur di situ sampai Tiffany pindah ke tempat tidurnya. Untungnya ia tidak mengetahui saat Tiffany mengecup kening Taeyeon. Mungkin saja ia menyukai salah satu dari mereka, bisa Taeyeon, bisa juga Tiffany.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi telah datang. Sinar matahari yang hangat menerpa wajah Taeyeon. “Enghh..” Taeyeon membalikan badan, membelakangi sinar matahari yang mengganggunya.

TAEYEON POV
Aku merasakan ada tangan yang mengguncang-guncang tubuhku. Aku bisa merasakannya. Tangan yang memberiku kehangatan. Tangan yang ingin kupegang setiap aku melihatnya. Tangan yang dimiliki orang yang kusukai. Tangan yang sangat lembut itu. Ya.Itu tangan Tiffany. Ia mengguncang-guncang badanku dengan berkata “Hoi, Taeyeon. Bangun bangun, apa kau ingin berlibur terus?”

Ah iya. Aku lupa, hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur pergantian semester

Aku membuka mataku perlahan, samar-samar melihat bayangan Tiffany yang semakin lama semakin jelas. Aku kucek-kucek mataku secara perlahan.

‘Tes’

Cairan bening menetes tepat di punggung tanganku yang berada di bawah kepala Tiffany. “Hah? Apa ia menangis?” tanyaku heran dalam hati. Segera aku menengok padanya. Ternyata tidak. Ia baru saja mandi sehingga air yang masih tersisa di rambutnya menetes ke tanganku. “Haha.. Untuk apa dia menangis?” Aku tertawa dalam batinku karena pikiranku yang tidak-tidak.
“Heh, kenapa malah senyum-senyum begitu? Cepatlah bangun, kalau tidak nanti bisa telat” Ujarnya heran karena melihatku senyum-senyum sendiri.
“Iya iya” Aku menjawab sambil melirik ke arah jam dinding. Jam 06.45.
Ah masih jam segitu, sekolah mulai kan pukul 08.00” dalam hati aku berkata.
Tiffany berjalan menuju tumpukan pakaiannya, baru kusadari ia hanya memakai handuk saja yang menutupi tubuhnya. Ia mencari-cari seragamnya yang akan dipakai nanti. Baju putih beserta rok berwaran abu-abu kebiruan akhirnya didapatkannya. Ia terdiam sebentar dan menoleh ke arahku.
“Jangan mengintip ya..” katanya dengan wajah memerah karena malu.
“O-Oh iya.” Aku menjawab dengan tergagap-gagap karena tadi sempat serius memikirkan mimpi tadi malam. Dengan menutup seluruh wajahku dengan selimut agar aku tak tergoda untuk mengintipnya, aku membayangkan tentang mimpiku.

Di mimpiku, aku bertemu dengan bidadari yang sangat cantik sekali, kulitnya putih bersih, memakai pakaian yang sangat indah serba putih, kurasa wajahnya agak-agak mirip dengan Tiffany. Mungkin hanya perasaanku saja. Ia datang padaku dan mengecupku, tepat di keningku. Setelah itu bidadari itu mengajakku untuk pergi bersamanya, namun ia  berjalan terlalu cepat, sangat cepat. Aku terus mengejarnya dengan berlari sekuat tenaga, tapi kulihat dia malah terbang, terbang menjauh dariku. Aku tetap berlari mengejarnya walaupun ia sudah hampir tak terlihat di langit. Aku tersandung sebuah benda dan terjatuh dengan kepala mendarat duluan.
‘Duk’
Sakit sekali rasanya, tapi tetap kuberdiri dan berlari kecil. Kepalaku rasanya berputar-putar, lalu kusadari ada cairan mengalir melewati mata dan hidungku. Kucari sumber cairan itu dengan merabanya, ternyata dari kepala. Cairan berwarna merah. “Darah” pikirku dalam hati. Aku tak peduli, tetap ku berlari ke arah bidadari sampai aku bertemu dengan seorang pria. Cukup tampan, ia mengulurkan tangannya padaku, mengajakku pergi bersamanya dengan arah berlawanan dari bidadari itu. Aku tak menghiraukannya, tetap berlari lurus. “Pria itu.. mirip Lee Teuk oppa” Aku berpikir demikian. Tak kusadari aku sampai di sebuah jurang.  Jurang yang sangat dalam. Kucoba mendekati pinggiran jurang tersebut dan melihat kebawah, saking dalamnya sampai-sampai dasar jurang pun tak terlihat. Aku menyadari ada orang di belakangku, kulihat ke belakang.
Ternyata pria tadi..
Tiba-tiba ia memegang kedua pundakku, dan mendorongnya ke depan sehingga aku terpeleset dan terjatuh. Ya. Terjatuh ke dalam jurang tersebut. Setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi. Menjadi gelap.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

‘Srreett’ Selimut pun ditarik bersamaan dengan Taeyeon yang selesai dengan lamunannya tentang mimpi itu. “Bagaimana menurutmu??” Tanya seorang gadis yang memakai baju putih dan rok abu-abu tersebut. Taeyeon terpana melihatnya, ia terlihat beda sekali dengan seragam SMA itu.
“Emm.. lumayan” kata Taeyeon.
Cantik sekali Tiffany” itulah yang sebenarnya ada di pikiran Taeyeon.
Kali ini rambutnya diurai, tidak dikuncir seperti kemarin. Perhatian Taeyeon beralih pada pintu kamar mandi yang terbuka. ‘Kreekk’ Pintu kamar mandi terbuka. Terlihat Ozawa yang sudah memakai seragamnya keluar dari kamar mandi.
“Ohayou.. eh maksudku joheun achimieyo. Hehe” sapanya dengan ramah.
“Ya, selamat pagi” balas Taeyeon dan Tiffany hampir bersamaan.
Memang, ia tidak bisa menghilangkan kebiasaannya dalam berbahasa Jepang, ya sudah pasti karena ia sudah tinggal di Jepang selama dua puluh tahun. Tak mungkin ia melupakannya. Kemudian Taeyeon berdiri, mengambil handuk dan langsung berjalan menuju kamar mandi.
“Eh Tiffany, kami berdua ke ruang tengah duluan ya” kata Ozawa sambil menggandeng tangan Tiffany.
“Ya” Dengan sedikit rasa cemburu Taeyeon menjawab.
Setelah Taeyeon selesai mandi, dia segera menuju ke ruang tengah. Para penghuni asrama selalu melakukan ini sebelum pergi ke sekolah. Sudah menjadi kebiasaan sejak dulu. Di ruang tengah, Taeyeon melihat sekeliling, tampak Sunny sedang asik memainkan Nintendo DS nya. “Ah bisa-bisanya dia bermain dahulu sebelum berangkat” Taeyeon berpikir dalam hati sambil terus mengamati. Sooyoung, sempat-sempatnya ia menonton TV. Yuri, Yoona dan Hyoyeon sedang sibuk mencontek PR milik Seohyun yang sudah dikerjakan sepenuhnya. “Oh iya, PR ku sama sekali belum dikerjakan!” Taeyeon panik sambil segera mengambil buku di tasnya yang berwarna biru muda yang sedang digendongnya. Dengan tergesa-gesa duduk di sebelah Yuri dan menyalin PR nya. Ya, PR selama liburan cukup banyak, sebenarnya sudah sangat tidak mungkin jika mereka dapat menyelesaikan semua itu dalam 45 menit. Sekarang sudah pukul 07.15.
“Ahaha. Bodoh sekali dia” Tawa Sooyoung tiba-tiba meledak saat menonton kartun kesukaannya, Spongebob. Ozawa dan Tiffany pun terlihat asik sekali menonton. Suara tertawa Sooyoung membuat konsentrasi mereka buyar saat mengerjakan PR, lebih tepatnya menyontek PR. Tak lama kemudian terlihat Jessica yang sudah memakai seragamnya berjalan ke arah ruang tengah. Dia selalu saja menjadi yang terakhir, mungkin karena bangunnya yang paling telat.
“Selamat pagi Tuan Putri” ejek Sooyoung sambil masih serius menonton TV.
“Pagi. Hehe” Gadis itu menjawab dengan tersenyum, tidak menyadari bahwa itu adalah ejekan, bukan pujian. Ia menuju ke dapur, membuat minum dan duduk bersama mereka-mereka.
Saat duduk, matanya tak sengaja menoleh pada PR yang sedang dikerjakan mereka berempat.
“Hah apa ini??”
“PR lah, memang apa lagi??” jawab Yoona tanpa memalingkan wajah dari bukunya.
“Wah banyak??”
“Sangat” balas mereka berempat serentak.
“Aduh aku belum nih, bagaimana ya?”
“Ckck, dasar kau. Kau santai-santai begitu kukira sudah mengerjakan PR” Decak Taeyeon.
Jessica pun segera nimbrung dengan mereka, ikut menyontek PR. Seohyun yang PR nya dicontek massal hanya bisa pasrah saja.
“Yah habis!” Lagi-lagi teriakan Sooyoung mengagetkan mereka.
“Berisik kau” Jessica melempar bantal sofa ke arah Sooyoung.
“Haha.. mianhae” kata Sooyoung sambil melempar bantal yang lebih besar ke arah Jessica dan langsung kabur.
“15 menit terakhir” ucap Seohyun sudah seperti pengawas ujian saja.
“Ah, aku satu halaman juga belum. Tak mungkin bisa selesai” ucap Jessica dengan nada pasrah.
‘Sreet’
Seseorang mengambil buku yang dari tadi diconteki oleh kelima orang itu, menutupnya dan memasukannya dalam tas. “Maaf unnie.. Waktunya sudah habis” Maknae itu berkata sambil menunjuk pada jam dinding. Mereka semua menoleh pada jam dinding.  Pukul 07.55. Dengan tergesa-gesa mereka segera merapikan buku, membawa barang-barang mereka dan memasukkan dalam tas. Tiffany melihat Jessica menyelipkan bantal kecil ke dalam tas.
“Persediaanku jika pelajaran sangat membosankan. Ehehe” Katanya pada Tiffany yang kemudian tersenyum ke arah Jessica. Semua pun sudah siap untuk berangkat. Seohyun mengunci pintu asrama rapat-rapat, dan menyimpan kunci itu di dalam saku roknya yang berwarna abu-abu itu.

 TAEYEON POV
Aku berjalan paling depan, memikirkan bagaimana ekspresi Kwon Lucy, guru Kimia kami saat melihat tugasku hanya dikerjakan satu per sepuluhnya. Hmm.. Dia termasuk dalam “The Big Three”, yaitu tiga guru yang paling galak di SMA HyoSang tersebut. Tatapannya sangat menyeramakan, membuat bulu kudukku merinding. Aku seperti ingin menempelkan stiker “Beware of The Teacher” di punggungnya. Pernah suatu ketika pada saat ulangan kimia, aku menyempatkan diri untuk melihat secarik kertas kecil yang kubuat sebelum ulangan. Ya, kertas contekan.

Flashback:
 Aku menaruh tangan kiriku di atas paha, dan melihat contekan itu dengan perasaan deg-degan. “Ah, tenang saja Taeyeon, dia masih duduk di kursinya sambil membaca, tak mungkin ia melihatmu” Taeyeon bergumam dalam hatinya sendiri. Kemudian aku kembali melihat secarik kertas itu, lama-kelamaan aku pun keasikan melihat contekan itu. Tiba-tiba aku merasakan aura yang tidak baik tepat di belakangku. Bulu kudukku berdiri, aku menggigit bagian bawah bibirku, tanganku gemetaran. Kemudian aku menoleh ke meja guru.
*DEG*
Tidak ada siapa-siapa di sana, kursinya kosong, hanya ada buku yang masih terbuka tergeletak di atas meja. Lalu di mana dia? Aku rasakan hembusan nafas tepat di belakang leherku, dengan gemetaran kulihat kebelakang. “Ah sialan” umpatku dalam hati yang tertangkap basah mencontek saat ulangan oleh Bu Kwon Lucy.” Bagaimana ia bisa tiba-tiba muncul di belakangku? Bahkan aku tak mendengar langkah kakinya. Ilmu macam apa yang ia pakai?” aku mulai berpikir aneh-aneh.
“Kertas apa itu?” tanya Kwon Lucy.
Contekanlah, memang kertas apa lagi? Dasar bodoh” aku bermaksud untuk mengatakan itu, tapi karena aku masih waras, aku menjawab dengan sopan. “B-Bukan, bukan apa-apa”
Kemudian ia mengambil kertas itu, menyimpannya dalam saku dan menunjuk ke arah pintu sambil memandangku. “Keluar kau”
Mampus aku” pikirku dalam hati.
Dengan kaki gemetaran aku berdiri, melangkah perlahan-lahan menuju pintu dan keluar kelas.


Ya, begitulah kejadiannya. Sejak saat itu aku merasa takut saat berpapasan dengannya. Aku sering mengintipnya saat ia sendirian di ruang guru, berharap ia melakukan sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal gaib, karena aku masih penasaran mengapa ia bisa tiba-tiba ada di belakangku ketika itu.
‘Sreet’
Seseorang mengaitkan tangannya pada tanganku, bisa kurasakan kulitnya yang halus dan lembut bergesekan dengan kulitku. Aku pun menoleh padanya, gadis itu bertanya.
“Hey Taeyeon. Kok diam saja sih? Kau tak keberatan kan kalau aku menggandengmu??”
“Oh, kau Tiffany. Tentu saja tidak keberatan”
Sama sekali tidak keberatan walaupun sampai malam juga” pikirku berlebihan.
“Haha.. Kamsahamnida” kata Tiffany sambil mempererat  genggaman tangannya terhadap tanganku. Aku menikmati tiap-tiap sentuhannya, tak terasa aku sudah sampai di depan kelas.
“Ini kelasku, dan akan menjadi kelasmu juga” Jelasku pada Tiffany.
“Oh inikah? Baiklah ayo kita masuk!!”
Kami berdua berjalan memasuki kelas yang sudah cukup ramai. Ya, karena jam menunjukan pukul delapan kurang sedikit.
“Emm Taeyeon, boleh aku duduk di sebelahmu?” Tanya Tiffany padaku sambil memegang kedua tanganku, Tiffany dan aku saling berhadapan satu sama lain.
“Soalnya aku belum mengenal mereka semua dengan baik. Boleh ya boleh??”
“Hmm.. baiklah kalau kau memaksa ”
Tiffany berhasil membujukku, walaupun aku juga memang mau duduk bersebelahan dengannya. Sebentar aku berjalan menuju Ozawa yang sibuk bermain Nintendo DS milik Sunny sejak tadi berangkat dari asrama.
“Hei Ozawa” sapaku padanya.
“Hmm?”
“Hari ini aku duduk bersama Tiffany ya??”
“Ha? Lalu aku??”
“Kau??” aku berpikir sebentar “Ah dengan Jessica!!”
“Huh? Kau mau aku duduk dengannya??” “Tidak mau ah, bisa-bisa setiap perkataanku dianggapnya sebagai lagu pengantar tidur lagi” ejeknya, lalu menoleh ke arah Jessica yang memang sedang tertidur.
“Ah, bisa saja kau ini!!”
“Bisa dong Taeyeon~ah”
“Haha.. Ya sudahlah, kau cari saja sendiri siswi lain yang mau duduk denganmu”
“Uuu.. teganya kau” balas Ozawa sengan cemberut.
“Ya sudah  ya, dadah” candaku padanya sambil berjalan kembali ke Tiffany. Tiffany menatapku, tatapan penuh pengharapan. Berharap agar Ozawa mengizinkannya duduk bersamaku.
“Gimana? Boleh kan??” tanya Tiffany penasaran.
“Boleh dong, dia kan orang yang baik”
“Asssiik” Tiffany menoleh pada Ozawa dan tersenyum padanya. Ozawa pun membalas senyumannya , tapi ada yang aneh di balik senyumannya. Senyumannya itu....

“...senyuman palsu” pikirku.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

‘Kriiinnggg’
Bel berbunyi, tanda jam sekolah sudah usai. Para siswi pun dengan tertib keluar dari kelas, kembali ke asrama mereka masing-masing.Termasuk kami bersepuluh.   
Semakin hari aku pun semakin dekat dengan Tiffany. Kami sering sekali bercanda berduaan, bahkan bermanja-manjaan. Kedekatanku dengan Tiffany hampir melebihi kedekatanku dengan Ozawa. Kemana-mana kami pun selalu berdua. Di mana ada aku, di situ ada Tiffany. Anehnya, Ozawa hanya diam saja melihat kedekatan kami yang semakin lama semakin baik itu. Tetapi ada yang berbeda dari tatapan Ozawa kepadaku. Dahulu, saat aku dan Ozawa masih dekat, tatapan hangatnya seperti ingin berkata:

“I will kiss you”

Dan setelah kedekatanku dengan Tiffany, tatapannya berubah. Sangat gelap dan dingin, tersirat dalam caranya melihatku seperti tidak suka saat aku bersama dengan Tiffany. Tatapan sinis itu seolah-olah berkata

“I will kill you”

Ya, tatapannya berbeda sekali, bagaikan harimau yang bersiap untuk menerkam mangsanya. Apakah mungkin ia menyukai Tiffany?? Atau jangan-jangan.. Taeyeon berpikir sejenak. Ah itu sangat tidak mungkin. Aku berpikir tentang itu sambil duduk di ruang TV dengan teman-teman lain.
‘Syuut’
Sebuah benda berwarna putih mendarat tepat di dalam mulutku, aku menjulurkan lidahku dan mengambilnya.
Popcorn??” tanyaku dalam hati sambil melihat Sooyoung yang menertawakanku karena lemparannya tepat sasaran.
“Haha.. bengong terus. Filmnya sudah disetel tuh” ujarnya padaku.
“Iya iya, lagian kan belum mulai” jawabku sambil merangkul pundak Tiffany yang berada di sebelahku dan menyenderkan kepalaku pada bahunya.
Aku kembali memasukkan popcorn tadi ke dalam mulutku dan memakannya.
Mmmh.. terlalu asin” gumamku dalam hati.

Tiffany membelai-belai rambutku yang terurai, momen-momen seperti ini lah yang tak mau aku lewatkan. Rasanya membuatku sangat senang, membuatku sejenak melupakan pria yang telah menyakiti hatiku. Ya, Lee Teuk oppa. Ia meninggalkanku, padahal aku masih mencintainya. Dia berkhianat terhadap cinta kita berdua, cinta yang telah diukir di bawah pohon tempat kami biasa menghabiskan waktu berduaan. Di pohon itu, terukir gambar hati dan nama kami berdua. Tepat di bawah ukiran hati tu tertulis ‘4ever’. Tulisannya memang ‘4ever’ tetapi buktinya hanya ‘4months’. Ya. Hanya 4 bulan aku berpacaran dengannya, dan ia pergi meninggalkanku tanpa alasan. Tapi kini kucoba untuk membuangnya jauh-jauh dari pikiranku, karena tiap kali mengingatnya, dadaku terasa sesak. Kubuang memori-memori itu dengan megalihkan perhatian pada film yang bari dimulai 5 menit yang lalu.
“Film apa ini?” tanyaku pada Sooyoung yang sudah menghabiskan semua popcorn sebelum filmnya dimulai.
“Love is Hard, mungkin drama romantis begitu” jawabnya tanpa memalingkan wajah dari TV.
“Oh” Aku hahnya meng-oh-kan saja.

TIFFANY POV
Perasaanku sangat tenang ketika aku berada si sebelah Taeyeon
Mungkin karena aku...menyukainya??” aku bertanya pada diriku. Aku membelai-belai rambut Taeyeon yang masih menyenderkan kepalanya di bahuku. Kurasakan ada yang bergetar-getar disaku celanaku. HP ku tentunya, satu pesan diterima.
Pasti cowok sialan itu lagi
Aku menekan tombol tengah pada HP milikku, ternyata benar.

To: Tiffany
Kemana saja kau? Kenapa SMS ku tak pernah dibalas? Aku merindukanmu
-Hyesung-

Tak kubalas SMSnya itu, saking bencinya aku kepadanya. Aku sekarang sudah melupakannya, karena di sampingku sudah ada orang yang bisa menggantikannya. Seseorang yang aku sukai. Seseorang yang menemaniku saat kesepian. Seseorang yang menawarkan tangan hangatnya saat aku kedinginan. Seseorang yang mungkin nanti bisa menyembuhkan hatiku yang hancur berkeping-keping ini. Ya, Taeyeon lah orangnya.

TAEYEON & TIFFANY POV
Ya, orang di sebelahku ini dapat menyembuhkan lukaku...
Ya, orang di sebelahku ini dapat menyembuhkan lukaku...

“...di masa lalu
“...di masa lalu
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
  
Suatu hari setelah jam sekolah selesai, Taeyeon langsung kembali ke asramanya dan masuk ke dalam kamarnya. Menaruh tasnya didekat tempat tidur dan merenahkan dirinya, terlentang di tempat tidurnya.
Uh lelahnya...” Beberapa menit kemudian ia pun tertidur dengan masih memakai seragam berwarna merah muda yang biasa dipakai setiap hari Kamis dan Jumat.
Tak lama dari itu, Tiffany masuk kamar dengan seragam yang sama dengan Taeyeon, ya itu pasti, karena mereka satu sekolah. Jam menunjukkan pukul 05.45 sore. Tiffany berjalan menuju Taeyeon dengan smpoyongan karena memang kelelahan. Karena tak melihat ke bawah, ia pun tersandung tas berwarna biru muda itu.
“Ahh”

‘Bruukk’

Tiffany terjatuh, terjatuh di atas sesuatu yang empuk. Bukan, bukan di atas kasur melainkan tepat di atas tubuh Taeyeon yang tadi tertidur lelap. Kini tubuh Tiffany sepenuhnya berada di atas tubuh Taeyeon. Wajah mereka saling berdekatan. Sangat dekat.
“Nggh..” Taeyeon terbangun. Ia menyadari Tiffany berada di atas tubuhnya. Matanya bertatapan dengan mata Tiffany.

TAEYEON POV
Dia menekanku, aku bisa merasakannya. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku, tak pernah sedekat ini sebelumnya. Hatiku dan hatinya sekarang menjadi sangat dekat, memang benar-benar dekat. Keringatku mulai menetes, saking gugupnya. Kuberanikan diri untuk bertanya
“F-Fany~ah.. A-Apa yang k- kau..”

‘Kreekk’

Pintu kamar terbuka, seorang gadis melihat kami berdua. Di atas tempat tidur. Segera Tiffany langsung mengangkat badannya dan berdiri. Pura-pura merapikan bajunya. Gadis itu terdiam di pintu, lalu berkata
“Maaf aku mengganggu waktu pribadi kalian” dan langsung keluar kamar lagi.
“Ozawa! Tunggu dulu!! Ini tidak seperti yang kau pikirkan!” teriak Tiffany sambil mengejarnya.
Apa yang tadi Tiffany lakukan padaku?? Apa ia mencoba menciumku? Atau jangan-jangan... ah tidak. Tidak mungkin Tiffany ingin melakukan itu padaku” aku bertanya-tanya dalam hatiku. Mencoba mencari tahu apa yang tadi terjadi, aku keluar kamar menyusul Tiffany. Tidak ada siapa-siapa? Apa hanya baru kami bertiga saja yang sudah kembali ke asrama? Kuketuk pintu kamar nomor 2, tak ada sahutan. Begitu juga kamar terakhir. Kucari ke dapur, kamar mandi, ruang TV, tak ada. Hanya kosong. Aku menengok ke pekarangan asrama melalui jendela, kulihat dua gadis seperti meributkan sesuatu. Aku berjalan mendekat dengan harapan mereka tetap melanjutkan apa yang sedang mereka ributkan. Salah satu gadis menoleh ke arahku dan berkata “Silahkan lanjutkan waktu pribadi kalian” kemudian pergi entah kemana. Aku melihat ke arah Tiffany,  matanya berkaca-kaca.
“Taeyeon!!” Dia berlari ke arahku. Sebuah pelukan mendarat ke tubuhku. Aku tersentak kaget, setelah berada di atas tubuhku sekarang ia memelukku.
“T-Taeyeon.. Mianhae, aku tadi tak bermaksud untuk itu”
Untuk itu?” aku bertanya dalam hati. Tiffany melepaskan pelukannya.
“Tadi aku tak sengaja tersandung tas mu yang tergelatak di lantai. Aku tadinya hanya ingin berbaring di sebelahmu, tapi malah menimpamu” lanjutnya dengan kepala menunduk. Ia terlihat malu, mukanya memerah.
“Oh jadi begitu kejadiannya” Rasa penasaranku sudah hilang, aku mendapatkan jawabannya.
“Hmm..” Tiffany mengiyakan. Kulihat setetes cairan bening itu mulai keluar dari matanya yang indah. Ya, dia menangis.
“Taeyeon, tolong beritahu Ozawa tentang kejadian sebenarnya. Aku minta tolong sekali padamu” pintanya sambil meneteskan tetesan kedua dari matanya.
“Iya, nanti akan kujelaskan padanya. Jangan menangis lagi dong..” Aku mengelus-elus punggung Tiffany, berharap tak ada lagi tetesan air mata keluar dari matanya. Kasihan sekali.
“Kamsahamnida Taeyeon~ah” akhirnya ia pun tersenyum. Aku menatap matanya, sorot matanya terlihat berwarna-warni. Bagaikan pelangi yang muncul setelah turunnya hujan.
Aku mengajaknya untuk masuk kembali ke asrama, karena sepertinya langit terlihat tidak bersahabat. Benar, tak lama kemudian setelah para siswi lain kembali ke asrama, hujan turun dengan deras. Aku melihat sekeliling asrama, tak kudapatkan Ozawa.

Di suatu tempat cukup jauh dari asrama, terlihat seorang yeoja mengenakan seragam SMA HyoSang. Berdiri di tengah-tengah lapangan yang cukup luas. Wajahnya diterpa oleh air hujan yang sedang turun dengan deras, memang tak terlihat bahwa sebenarnya ia menangis. Menangis karena sesuatu yang membuat hatinya teriris.
Apa yang tadi mereka lakukan??” Ozawa mulai berpikir yang tidak-tidak sambil terus menangis.
Apakah benar yang dikatakan Tiffany tadi bahwa itu hanya kecelakaan??” Dia terus bertanya-tanya dalam hatinya.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Di asrama, Taeyeon terlihat sangat khawatir, bisa dilihat dari sorot matanya yang berbeda dari biasanya.
“Aku akan mencari Ozawa” Tanpa berpikir panjang lagi Taeyeon berlari menerobos derasnya hujan.
“Hey Taeyeonnie!! Mau mencarinya di mana?? Sebaiknya nanti saja setelah hujan reda!”
Teriakan Seohyun itu sepertinya tidak digubris oleh Taeyeon, ia tetap berlari, mencari di mana Ozawa berada. Ia adalah sahabatnya yang sangat penting baginya, tanpanya Taeyeon mungkin tidak mendapat teman yang banyak. “Sahabat yang selalu menemaniku saat kesepian. Sahabat yang selalu ada saat aku dalam masalah. Sahabat yang tidak ada dua nya. Sahabat yang sangat...

...aku cintai” pikirnya sambil terus berjalan di tengah hujan yang tambah deras. 
Ozawa, di mana kau berada?” Ia terus mencarinya, kemudian ia memegang kalung berbentuk huruf O yang dikenakannya. Di tempat yang tidak diketahui Taeyeon, di lapangan tadi. Ozawa pun sedang memegang kalungnya. Ya, kalungnya berbentuk huruf T. 

Kalung ini, kalung yang kubeli bersama Taeyeon saat itu” ujarnya dalam hati.
Kalung ini adalah...”

“...tanda persahabatan kita, Taeyeon”
“...tanda persahabatan kita, Ozawa”

Mereka tanpa sengaja memikirkan sesuatu yang sama, di tempat yang berbeda. Dari kejauhan, Taeyeon melihat seorang gadis berdiri di tengah-tengah lapangan. Ia segera berlari mendekatinya, namun tak terlalu dekat.
“Ozawa!!” teriak Taeyeon.
Gadis itu pun memalingkan wajahnya, menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya. Ia menghapus air hujan yang dari tadi menerpa wajahnya.
“Apa yang kau lakukan disitu?! Bisa-bisa kau tersambar petir!” Taeyeon berteriak lagi.
“Biarkan! Biar saja aku tersambar petir!” balas Ozawa.
“Ah.. Tentang kejadian tadi, itu kau hanya salah paham!”
“Salah paham bagaimana?! Sudah jelas-jelas aku melihatnya!”
Mereka saling berteriak satu sama lain karena suara hujan yang semakin deras.
“Percayalah!! Aku ber-” Sudah tidak terlihat lagi, Taeyeon sudah tidak ada dalam penglihatan Ozawa. Hanya suaranya yang terdengar samar-samar tidak jelas.

Ah sialan, hujannya deras sekali” ungkap Taeyeon. Taeyeon berusaha berjalan mendekat ke arah Ozawa, walaupun tidak tahu mana arah yang tepat. Angin bertiup kencang ke arah Taeyeon, seperti tak memperbolehkannya mendekati Ozawa. Bertiup sangat kencang sampai-sampai hampir membuatnya terjatuh.
Samar-samar Ozawa melihat bayangan Taeyeon. Ia berjalan mendekati Taeyeon, terlihat pohon di sebelah Taeyeon bergoyang-goyang, seperti mau tumbang. Ternyata benar, pohon yang cukup besar itu mau tumbang.
“Awas Taeyeon!!” dengan sekuat tenaga Ozawa berlari mencoba meraih Taeyeon, ia seperti dibantu oleh angin yang mendorongnya dari belakang.
‘Krreekk’ ‘Bruuukkkk’
Terdengar suara yang sangat keras sekali, ya pohon itu tumbang. Terlihat Taeyeon dan Ozawa terjatuh di tanah, ia berhasil menyelamatkan Taeyeon dari pohon yang tumbang itu.
“Ozawa? Kau tak apa-apa??” Tanya Taeyeon sangat khawatir.
“Ne.. Ak-aku tak apa-apa”
‘Uhukk’ Ozawa terlihat terbatuk, ia menutupi mulutnya dengan tangannya.
“Kenapa kau??” Karena penasaran, Taeyeon menarik tangan Ozawa, dilihatnya tangan Ozawa.
Darahh??!!
“Ozawa! Apa kau benar-benar tidak apa-apa??” Taeyeon berdiri, mengangkat Ozawa dari tanah yang terlihat sudah tak bisa menampung air itu.
“Uuuh.. be-berat sekali kau” Tidak bisa, ia tak berhasil mengangkat Ozawa.
“A-aduh s-sakit” Ozawa mengerang kesakitan.
Dilihatnya tubuh Ozawa dari kepala sampai kaki.

*DEG*

Taeyeon sangat terkejut melihat bagian kaki Ozawa.
Darah berlumuran di sekitar kaki Ozawa, Ozawa tetap mengerang kesakitan. Taeyeon tak begitu melihat dengan jelas apa yang menyebabkan darah mengucur dari kaki Ozawa, karena hujan yang cukup deras dan kepala Taeyeon yang pusing karena terjatuh barusan. Akhirnya Taeyeon mendekatinya dan benar-benar terkejut sambil menutup mulutnya.
“O-Ozawa.. Ka-kakimu..”
Ya, pemandangan yang mengerikan.Sebuah batang kayu yang tajam menancap cukup dalam tepat di bagian paha kanan Ozawa.

-To Be Continued-

1 comment:

  1. Wowww, ozawa cemburu kayanya^^
    serem aja batang pohon nancep.. ga slh thor

    ReplyDelete