Thursday, March 22, 2012

My (Girl) Friend: Chapter 1

Note: My very first Fan Fiction, enjoy ^^



“Kalau aku tidak salah dengar, namanya Tiffany Hwang” Sooyoung berkata pada Sunny sambil tidak berhenti mengunyah makanannya. “Iya, katanya dia anak pindahan dari kota lain?” siswi-siswi lain pun sibuk membicarakan tentangnya.
“Ah, paling-paling juga hanya yeoja biasa seperti sebelum-sebelumnya” gerutu Taeyeon yang sudah bosan mendengar anak-anak lain membicarakan tentang  anak baru yang bahkan belum mereka temui sebelumnya.
Sebenarnya aku pun penasaran seperti apa yeoja yang sedang jadi buah bibir ini, mudah-mudahan menyenangkan seperti Ozawa” Sambil mencuri-curi pandang pada Ozawa, teman sekamarnya di sekolah asrama SMA HyoSang yang ia tinggali sekarang.
Ya. Sekolah asrama itu hanya menerima murid-murid perempuan saja. Sangat membosankan bagi Taeyeon, tidak bisa dekat dengan namja-namja lain seperti di sekolah umum lain. Taeyeon melamun lagi, mengingat saat-saat dia bisa dekat dengan Lee Teuk oppa sebelum pindah ke sekolah asrama ini. Saat ia masih bisa bercengkrama dengannya dan namja lain di sekolahnya yang lama. Tapi saat ia mengingat tentang Lee Teuk oppa, dadanya terasa sesak sekali, mungkin karena Lee Teuk telah menyakiti hatinya di masa lalu. Ia sangat kesepian saat pertama kali pindah ke SMA HyoSang, sampai akhirnya bertemu dengan Ozawa, seorang yeoja pindahan dari Jepang yang sudah cukup lama tinggal di Korea. Sejak bertemu dengannya, Taeyeon dapat berbaur dengan teman-teman lain di SMA itu. Ia dan kedelapan teman lainnya tinggal di asrama S9. Taeyeon merasa teman-teman satu asramanya itu cukup menyenangkan, terutama Ozawa.
“Taeyeon..” Tiba-tiba seorang gadis berdarah Jepang-Kanada Perancis mendekatinya dan melanjutkan perkataannya.
“Apa aku mengganggu lamunanmu??”
“O-oh.. aniyo” Taeyeon menjawabnya sambil terus melanjutkan lamunan tentang sekolahnya yang lama. Memang ia tak dapat melupakan memori-memori yang indah yang ia dapatkan di sekolahnya yang lama.
“Hmm.. Taeyeon??”
“Mwo??” Taeyeon menjawab sambil menengok ke gadis di sebelahnya.
Kyuu~
“Ahaha kena kau sekarang” Tawa gadis itu yang sebelumnya telah meletakan jarinya di sebelah pipi Taeyeon.
“Uuu.. Dasar kau Ozawa” Taeyeon membalas dengan mencolek pipi Ozawa. Lalu melanjutkan lamunannya. Kadang ia terlihat seperti ingin menangis, dan kadang juga terlihat tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila.

“Ah kau ini, sedang melamun tentang apa sih?” tanyanya sambil mengangkat alisnya.
 “Rahasia. Ingin tahu saja kau ini” jawab Taeyeon dengan dingin sambil menirukan gaya Jessica.
“Huh ya sudah” Ozawa membalas dengan ketus dan meninggalkan Taeyeon.
“Haha.. Aku bercanda kok” Taeyeon menarik tangan Ozawa dan mendorongnya kembali untuk duduk di sebelahnya. Taeyeon merapikan rambut Ozawa yang tadi tersibak akibat membuang muka karena jawaban Taeyeon yang dingin.
“Mianhae Ozawa~ah” Pinta Taeyeon sambil mengelus-elus pipi Ozawa yang kemerahan. Ozawa menatap Taeyeon, begitu pun Taeyeon.  Beberapa detik kemudian tawa mereka meledak, disertai datangnya murid baru yang sedari tadi dibicarakan oleh para siswi. Gadis itu memakai t-shirt berwarna merah muda dan jaket ungu beserta celana jeans yang cukup ketat. Rambutnya yang panjang dikuncir dua kebelakang, membuatnya terlihat manis.

*DEG*

Jantung Taeyeon berdegup saat melihat yeoja itu. Matanya tidak berkedip, terpaku pada gadis yang sedang berkenalan dengan para siswi. Sampai-sampai mulutnya melongo terkesima melihat kecantikannya.
Hap.  Sooyoung meletakkan sepotong roti ke dalam mulut Taeyeon yang terbuka lebar. Mereka yang melihatnya tertawa lepas. Taeyeon tidak memperdulikannya, malah memasukan roti itu semakin dalam ke mulutnya, mengunyah dan menelannya. Taeyeon tetap memperhatikan murid baru itu seperti tidak terjadi apa-apa pada dirinya.
“Lho?” Sooyoung bingung melihat tingkah Taeyeon yang seperti itu. Biasanya ia mengeluarkan dan melempar makanan pada Sooyoung apapun yang dimasukkan ke mulutnya setelah Sooyoung memasukannya, sering sekali ia seperti itu saat sedang melongo.
“Ah sudahlah biarkan, mungkin Taeyeon sedang kelaparan” lanjut Sooyoung dengan tertawa kecut.
“Iya biarkan sajalah, aku juga mengantuk” Sambar Jessica yang padahal sedang terlelap sedari tadi di bahu Yuri.
Seorang gadis menghampiri Taeyeon dan mengulurkan tangannya
“Tiffany Hwang”
“O-oh, Kim Taeyeon” Taeyeon menjawab sambil bersalaman dengan Tiffany.

*DEG*

Jantung Taeyeon berdetak semakin keras saat ia menyentuh lembut tangan Tiffany.
“Senang berkenalan denganmu” Tiffany berkata sambil menahan tawa ke arah Taeyeon yang langsung menutup mulutnya yang dari tadi melongo. Taeyeon tersenyum tipis. Tiffany pun pergi dan berkenalan dengan siswi-siswi lain.

Hmm jadi dia orangnya

Tiffany Hwang.. Oke juga” pikirnya dalam hati.

“Hmm.. oke juga” Ozawa berkata seolah-olah ia tahu apa isi hati Taeyeon. Sepertinya mereka memiliki pikiran yang sama terhadap Tiffany.
“Ahhh.. apa itu tadi yang lewat??” Jessica baru terbangun setelah Tiffany melewatkannya untuk berkenalan dengannya. Mungkin karena takut mengganggunya tidur.
“Yang tadi itu? Oh.. itu murid baru, namanya Tiffany Hwang” Hyoyeon menjelaskan pada Jessica yang masih setengah membuka matanya.
“Iya, mungkin Tiffany takut membangunkan HellSica yang sedang tertidur lelap” timpal Sooyoung.
“Oh” Jessica menjawab sambil menguap seolah-olah tidak menghargai perkataan Hyoyeon dan Sooyoung dan kembali tidur di bahu Yuri.
“Uuu.. memang sangat menyebalkan si Ice Princess ini” Gertak Sooyoung yang langsung kabur mengambil makanan di meja kantin.
Tidak untukku” Yuri membatin.
‘Kriiiiiiiingggg’

Bel berbunyi, tanda mereka semua harus kembali ke asrama mereka masing-masing.
“Huh, ribut sekali tadi di sana, sampai-sampai aku tak bisa tidur” Si Ice Princess itu berkata tanpa menyadari bahwa ia telah tertidur di situ hampir 1 jam. “Hei Yoona” sambil menengok ka arah Yoona yang sedang asik mengobrol bersama Seohyun. “Tolong gantikan Yuri, bantu aku berjalan sampai kamar, mungkin Yuri sudah pegal-pegal membiarkan aku bersender padanya” lanjut Jessica dengan sempoyongan berjalan ke arah Yoona.
Tidak, aku malah menikmatinya” Yuri membantin lagi.
“Ok unnie” Yoona menjawab dengan berat hati karena melewatkan kesempatan untuk mengobrol bersama Seohyun. Lalu mereka kembali berjalan untuk kembali ke asrama.
”Hei kalian bersembilan, tunggu sebentar” Panggil seorang pria yang suaranya sudah sangat kami kenal.
“Ada apa Pak?” tanya Taeyeon pada Kepala Sekolah yang merangkap menjadi penjaga sekolah tersebut.

“Ya, cukup aneh memang. Kepala Sekolah yang merangkap sebagai penjaga sekolah. Mungkin ia memiliki alasan tertentu untuk melakukannya. Atau mungkin ia tidak sanggup untuk membayar gaji seorang penjaga sekolah?” pikiran Taeyeon kemana-mana.
“Apa kalian sudah mengetahui ada murid baru yang datang? Apa kalian sudah mengenalnya?”
“Iya Pak, sudah” Jawab kami semua serentak kecuali Jessica.
“Oh, bagus kalau begitu. Rencananya saya akan memasukkan Tiffany ke asrama kalian, asrama S9. Bagaimana? Apa ada tempat tidur yang kosong?”
“Sangat ada” Taeyeon menjawab dengan mantap.
“Jinjja??”
“Iya” sambung Ozawa. “Di kamar Taeyeon dan aku masih ada satu tempat tidur yang kosong” Ozawa menjawab seperti tidak mau kalah dari Taeyeon.
“Baiklah kalau begitu, malam ini Bapak akan mengantarnya ke asrama kalian, tolong perlakukan dia dengan baik” nasihat Pak Lee So Man, Kepala Sekolah kami.
Pastinya” pikir Taeyeon.
Setelah Bapak Kepala Sekolah pergi agak jauh, Jessica menggerutu “Uhh, itu kan tempat favoritku”
Ya. Terkadang Jessica menumpang tidur di kamar Teyeon dan Ozawa karena di kamarnya suara mulut Sooyoung memakan keripik membuatnya tidak bisa tertidur nyenyak.
“Haha, mianhae Sica” Ozawa menjawab sambil mencolek pipi Jessica.
Akhirnya, mereka semua sudah berkumpul di asrama mereka, asrama S9. Tanpa pikir panjang Jessica langsung masuk dan merebahkan diri di sofa yang hangat dan empuk. Dilanjut dengan Seohyun yang repot membawa buku-buku yang baru tadi dipinjamnya di perpustakaan. Taeyeon dan Ozawa seperti biasa, saling berangkulan dan bercanda. Mereka satu persatu masuk ke asrama. Tertulis besar di tembok ruang TV “ASRAMA HYOSANG” “S9” Dindingnya yang bercat kan warna coklat dan krem membuat asrama itu terlihat sangat klasik, lebih tepatnya sangat membosankan bagi para gadis.
“Yah, kembali lagi ke asrama ini, setelah hampir sebulan berlibur pergantian semester” Hyoyeon berkata sambil menyalakan TV.

Mereka bergegas masuk ke kamar masing-masing. Ada 3 kamar di asrama itu. Satu kamar terdiri dari 3 tempat tidur. Ada satu kamar yang memiliki 4 tempat tidur, yaitu kamar Yuri yang berisikan Yoona, Hyoyeon dan Sunny. Kamar kedua berisikan Sooyoung, Seohyun dan Jessica tentunya. Dan kamar terakhir untuk Taeyeon, Ozawa dan seorang gadis yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh Taeyeon, Tiffany Hwang. Mereka semua kembali berkumpul di ruang TV untuk menonton acara bersama, kecuali Jessica yang sudah tiba-tiba berada di kamarnya untuk tidur.
“Hah dasar Sleeping Beauty” ejek Sooyoung “Bagaimana mungkin ia bisa melewatkan acara semenarik ini?”

‘Tok Tok Tok’

Pintu asrama mereka diketuk. “Silahkan masuk, pintunya dikunci” teriak Hyoyeon.
“Babo, kalau pintunya dikunci mana mungkin bisa masuk?” Ozawa menyeringai.
“Ya sudah kau buka sana” suruh Hyoyeon pada Sunny.
“Tidak mau, jika aku melewatkan level ini, aku harus mengulangnya dari awal” Sunny menjawab tanpa melepas pandangan dari Nintendo DS yang sedang sibuk dimainkannya.
“Ya sudah biar aku saja yang buka” Maknae menyerobot.
“Kamsahamnida” Sunny tersenyum.
Seohyun memegang gagang pintu yang terbuat dari besi yang dibentuk secara indah, lalu memutar kuncinya. ‘Kreekk’ pintu terbuka.
“Oh Tiffany??” senyum Seohyun sambil mempersilahkan masuk.

*DEG*

Tti-tiffany?” Taeyeon tergagap-gagap walaupun hanya dalam pikiran. Memang, Taeyeon menyukainya saat pertama kali ia melihatnya tadi. Kali ini ia memakai celana pendek berwarna merah muda dan kaos putih, rambutnya masih tetap dikuncir dua.
Lucu sekali dia” gumam Taeyeon dalam hati.
“Wow, Tiffany-chan” Ozawa berkata pada dirinya sendiri dengan berbisik.
Taeyeon merasa sangat gugup saat ia melihat Tiffany, gadis yang baru disukainya. Ia sengaja pura-pura tidak tahu agar Tiffany menyapanya terlebih dahulu.
“Taeyeon? Kim Taeyeon??” “Benarkan?” sapa Tiffany sambil memiringkan kepalanya dan melihatku. Mukaku memerah karena malu. “Iya, tadi kita sudah berkenalan kan?” ucap Taeyeon basa-basi, karena tak tahu apa yang harus dikatakan saking gugupnya.
“Oh iya ternyata benar. Hehe”
“Ma-mau ku antar ke kamarmu?” Taeyeon memberanikan diri untuk bertanya.
“Ya bolehlah. Kamsahamnida”
Mereka berdua segera menuju kamar nomor tiga, kamar terakhir. Taeyeon membuka pintu kamar dengan perlahan dan menyalakan lampu. Lampunya memang tidak begitu terang karena khusus dibuat untuk tidur. Dalam cahaya remang-remang mereka berdua masuk ke kamar, Taeyeon menutup pintu.

*DEG*

Jantung Taeyeon kembali berdegup kencang, apalagi saat ini dia hanya berduaan di kamar, bersama gadis yang disukainya.
Tiffany Hwang” Taeyeon berkata dalam benaknya.
Tiffany sibuk melihat-lihat keadaan sekitar kamar, sedangkan Taeyeon sibuk memperhatikan Tiffany. Dari belakang. Taeyeon melihat tangan Tiffany yang memegang koper. Ia jadi teringat ketika Tiffany bersalaman dengannya.
“Sangat lembut”
Taeyeon bermaksud untuk mengucapkan itu dalam hati, tapi kenyataannya ia malah mengucapkannya dengan keras, cukup keras, sehingga Tiffany mendengarnya.
“Mwo? Apanya yang sangat lembut??” Tiffany bingung.
“Eh.. aniyo.. emm.. itu.. kasurnya sangat lembut sehingga kau dapat tidur dengan nyenyak” Jawab Taeyeon mencari-cari alasan.
Duh, untung saja
Taeyeon memutuskan untuk kembali ke ruang TV, menonton bersama dengan yang lainnya. Karena ia merasa sangat gugup saat ia berada dekat Tiffany, apalagi hanya berduaan.
“Fany.. Mianhae, aku kembali dulu ya ke ruang TV, mau menonton acara kesukaanku. Kau boleh di sini dulu atau boleh juga tidur duluan kalau sudah lelah” tawar Taeyeon pada Tiffany.”
“Kamsahamnida Taeyeon”
Dengan agak terburu-buru Taeyeon kembali ke ruang TV.
Kupikir aku benar-benar menyukainya
Tiffany HwangKuulang-ulang nama itu dalam hatiku.

*DEG*

Aku yang tadinya bermaksud menonton bersama yang lainnya, terhenti akibat adanya sentuhan di bagian pundakku. Seseorang memegang pundakku sebelum aku sampai di ruang TV. Aku perlahan-lahan membalikan badanku untuk mengetahui siapa yang memegang pundakku. Seorang gadis, bukan, bukan Tiffany. Aku tak bisa melihatnya dengan jelas karena lampu lorong di depan kamar tidak dinyalakan. Aku merinding. Rambutnya terurai, tidak dikuncir dua, jadi aku yakin itu bukan Tiffany. Lalu siapa dia??
“Ttt—tae-yeon” Ia memanggilku dengan suara agak serak. Tangannya masih menempel di bahuku, sehingga aku bisa merasakan tangannya, sangat ‘dingin’.  Aku mulai ketakutan. Kupikir itu hantu. Dengan sekuat tenaga aku berteriak.

“Kkyyyaaaaaa!!”

Gadis itu segera melepaskan tangannya dari pundakku. Murid-murid lain segera berdatangan melihat apa yang membuatku berteriak sekeras itu.
“Taeyeon, apa yang kau lakukan?? Melatih vokal??” tanya gadis yang tadi memegang pundakku. Lama-kelamaan aku menyadari, aku mengenal suaranya.
“Jessica”  
“Ternyata kau..  Kau mengagetkanku saja!!” teriakku pada Jessica.
“Ahaha, mianhae. Aku tidak bermaksud seperti itu” Jawab Jessica menggaruk-garuk kepala. “Aku tadi hanya ingin meminta tolong padamu untuk mengambilkan minum, tenggorokanku serak sekali”
“Huh dasar, tapi bagaimana bisa tanganmu se’dingin’ es begitu??”
“Aku salah mengatur suhu AC, terlalu dingin, jadinya tanganku dingin begini” jawab Jessica polos.
“Ah dasar kau Taeyeon , mengagetkan kami saja” kata Sooyoung dengan nada kesal “Ayo kita kembali nonton” ajak Sooyoung pada yang lain.
“Haha silahkan, maaf telah membuat kalian kaget” Ujarku sambil memutar-mutar ujung kaki di lantai tanda malu.
“Ya sudahlah aku ambil minum sendiri saja” “Dimintai tolong malah teriak-teriak” Jessica mengomel sepanjang jalan ke dapur.

Aku baru menyadari kalau Tiffany pun ada di situ, sejak tadi aku berteriak. Dia menatapku dengan menahan tertawa.
“Hihihi” Ia menghampiriku dan memegang kedua pundakku. Aku kaget sekali.
 “Kau lucu juga Taeyeon” Tiffany lalu pergi menyusul mereka yang sedang menonton acara TV.
Aniyo, kau yang lucu, Fany” Aku mengatakan itu dalam hati sambil tersenyum malu.
Aku masih terdiam di lorong yang gelap itu, memikirkan saat barusan Tiffany memegang pundakku. Tangannya sangat hangat, beda sekali dengan tangan Jessica. Tangan Tiffany yang hangat membuatku ingin merasakan sentuhannya terus.
Aku baru menyadari bahwa aku sendiri di situ, tak mungkin Jessica muncul lagi dan meminta minum, karena ia sudah berada bersama dengan yang lainnya di ruang TV. Aku menjadi takut jika berada di situ, semua itu gara-gara Jessica.
Ah, Sicca Effect” gumamku dalam hati.
Dengan agak terburu-buru karena takut ada orang yang memegang pundakku lagi, aku menyusul Tiffany yang sedang asik menonton TV bersama dengan yang lainnya. Di sana, kulihat Ozawa sedang berbincang-bincang dengan Tiffany, sementara yang lainnya sibuk menonton.
Hmm..Mereka sepertinya cepat menjadi teman dekat” pikirku dalam hati dengan sedikit rasa cemburu. Segera aku duduk di sebelah Jessica yang langsung mengomel tentang kejadian tadi. “Bla bla bla” Aku tak mendengarkan apa yang dikatakan Jessica, pura-pura langsung serius menonton acara. Sesekali aku melirik-lirik pada Ozawa dan Tiffany.

Sialan

Sepertinya ,makin dekat saja mereka berdua” kataku dalam hati dengan perasaan cemburu yang melebihi perasaan yang tadi. Jung Sooyeon ini tetap saja berbicara, entah apa yang dikatakannya.
“Kau mendengarku kan??” Gadis sebelahku itu menatapku dengan dingin sambil menunggu jawabanku.
“Ne..ne..” Aku menjawab seperti aku mendengarkan saja pidato Jessica yang panjang lebar tadi. Sekali lagi aku melirik pada Ozawa dan Tiffany. Kulihat Ozawa membelai-belai rambut Tiffany. Tiffany terlihat senang rambutnya dibelai-belai seperti itu.
“Yah sudah habis!!” Teriakan Sooyoung yang kecewa karena berakhirnya acara TV itu membuat aku kaget. Padahal aku sedang serius memperhatikan Ozawa dan Tiffany yang sedang bermesraan itu.

“Iya sudah habis, padahal aku sedang serius menontonnya”  Ucap Taeyeon yang sepenuhnya berbohong karena dari tadi ia hanya memperhatikan Tiffany dan Ozawa. “Sudah, sebaiknya kita mulai tidur sekarang karena besok sudah mulai masuk sekolah” ujar Seohyun sambil membereskan buku yang ia baca tadi. Semua murid pun kembali ke kamar mereka masing-masing, termasuk Taeyeon. Terlihat Taeyeon memperhatikan Ozawa yang masih saja mengobrol sambil merangkul pinggang Tiffany.

 Aku melihat mereka dari belakang. “Seperti pasangan suami istri saja, saling merangkul pinggang” pikirku dengan perasaan cemburu melebihi yang tadi-tadi. Aku memberanikan diri berjalan sejajar dengan mereka, Ozawa melirikku.
“Eh, sini Taeyeon” panggilnya sambil menarik tanganku dan menempatkan aku di tengah-tengah mereka. Ozawa tersenyum kearahku, aku tak tahu apa maksud dibalik senyumannya itu. Sepertinya ia tahu apa isi hatiku. Kami bertiga berjalan sejajar sambil saling berpegangan tangan.
Akhirnya aku bisa merasakan lembutnya  tangan Tiffany lagi
Aku memegang tangan Tiffany cukup erat, tak peduli apa dia menyadarinya atau tidak. Kurasakan jari-jarinya mengelus-elus tanganku, aku tak tahu apakah itu hanya perasaanku atau dia benar-benar melakukannya. Dengan perlahan aku melirik kearah Tiffany .
Dengan rambut yang berwarna coklat kehitaman dan dikuncir dua, terlihat lucu sekali bagiku. Kurasakan lagi jari-jarinya megelus tanganku, kuharap itu bukan hanya perasaanku saja.
Tangannya... hangat dan lembut” pikirku. Membuatku ingin memegang tangannya lebih erat lagi.

“Hmm, aku pergi ke toilet dulu ya..” Tiffany berkata pada kami berdua. “Kalian berdua duluan saja masuk ke kamar” lanjutnya. Dengan agak tergesa-gesa Tiffany mulai berjalan menuju toilet, belum menyadari bahwa ia masih memegang tangan Taeyeon. Saat Tiffany hendak melangkahkan langkah pertamanya,  Taeyeon pun menarik tangan Tiffany.
“Eh.. Taeyeon?”  tanyanya bingung sambil menatap kearah Taeyeon sebelum melihat tangannya yang masih mengait tangan Taeyeon.
“Haha.. maaf-maaf, aku lupa” Tiffany berkata sambil melepas tangan Taeyeon.
“Ah tidak apa-apa kok”
“Hehe..Habis tanganmu hangat sih..” Tiffany berkata sambil mengedipkan mata pada Taeyeon dan langsung berbalik menuju toilet yang hanya berjarak 5 meter dari tempatku berdiri. Taeyeon tersipu malu.

Hangat?” tanya Taeyeon dalam hati.

Segera ia meraih tangan Ozawa dan pergi menuju kamar.
“Taeyeon, kau tahu tidak apa yang aku bicarakan dengan Tiffany tadi?” Ozawa bertanya itu tanpa ekspresi di wajahnya.
“Tidak”
Lebih tepatnya tidak mau tahu” umpat Taeyeon dalam hati.
“Dia membicarakan tentangmu”
“Hah? Jinjja??” Taeyeon heran dengan perkataan Ozawa.
“Iya” “Dia menanyakan terus tentangmu”
“Oh benarkah??  
“Ya, dia menanyakan terus tentangmu. Ia tahu kalau aku sahabat terbaikmu, jadi dia bertanya padaku tentangmu” Taeyeon merasa antara kaget, senang, dan tidak percaya.
“Oh begitu” Taeyeon merasa itu mungkin saja, mengingat kejadian barusan.
“..Habis tanganmu hangat sih..

Ia mengingat-ingat perkataan Tiffany tadi sambil berjalan di lorong yang sepi dan gelap. Benar-benar sepi. Ya, mungkin karena para murid lain sudah pada masuk ke kamar dan tidur. Ozawa mengeluarkan kunci, memasukan dalam lubang dan memutarnya, pintu pun terbuka.
“Silahkan masuk Nyonya” canda Ozawa pada Taeyeon sambil tertawa.
“Haha, apaan ah” Taeyeon masuk sambil menarik Ozawa masuk dalam kamar. Mereka berdua tertawa cekikikan. Taeyeon langsung terdiam saat melihat salah satu tempat tidur ada yang menghuni. Ozawa bertanya pada Taeyeon “Si-Siapa itu?” Taeyeon hanya menggelengkan kepala.

Dari kepala hingga kaki tertutup selimut sehingga mereka tak dapat melihat siapa yang dibalik selimut. Sosok dibalik selimut itu bergerak.
Mengerikan sekali kalau itu Tiffany” Taeyeon berpikir aneh-aneh.
Dengan agak takut mereka berdua segera menarik selimut itu. ‘Srreeet’

Jessica

Ternyata dia yang tertidur di kamar itu. “Hoi Sica! Bangun!” teriak Ozawa tepat ditelinga Jessica.
Wow. Berani sekali dia membangunkan si HellSica dengan cara seperti itu” ujar Taeyeon dalam hati.
“Mwo??” “Mengapa kau membangunkanku??”
“Tempat tidur itu akan ada yang menempati” jawab Ozawa sambil melipat tangan didadanya.
Kemudian Tiffany pun masuk. “Oh iya aku lupa, ada Tiffany”kata Jessica sambil bangkit berdiri dan berjalan sempoyongan menuju kamar yang berisik karena suara mulut Sooyoung memakan night-snack nya. “Kenapa dia?” tanya Tiffany sambil menunjuk ke arah Jessica.
“Tak apa, dia hanya tertidur di sini tadi” Jawab Taeyeon sambil merapikan kembali tempat tidur yang tadi dipakai Jessica.
“Ah tak usah dibereskan, nanti juga dipakai lagi kan” Tiffany menarik tangan Taeyeon, mencegahnya membereskan tempat tidurnya. Taeyeon hanya tersenyum.
Ozawa langsung menjatuhkan diri ke tempat tidurnya “Selamat malam Taeyeon, Tiffany”
Beberapa detik kemudian ia sudah tidak bergerak lagi. Sudah tertidur. Sementara Tiffany masih merapikan pakaiannya yang ia bawa untuk persediaan di asrama dan Taeyeon masih duduk di tempat tidur.

“Apa kau belum mengantuk??”
“Apa kau belum mengantuk??”

Mereka bertanya secara bersamaan. Taeyeon dan Tiffany saling berpandangan. Tak lama kemudian mereka langsung tertawa kecil karena takut mengganggu Ozawa yang sudah tertidur pulas.
“Hahaha kebetulan sekali kita mengatakan hal yang sama secara bersamaan” Taeyeon melempar bantal kearah Tiffany.
“Iya. Ahaha. Aku sudah mengantuk sih, tapi aku harus membereskan ini dulu” “Kalau kau sudah mengantuk, tidur duluan saja sana” Jawab Tiffany sambil melempar kembali bantal yang tadi dilempae Taeyeon. Taeyeon menangkapnya “Ya sudah, aku tidur duluan ya.. Selamat malam”
“Ya. Mimpi indah” Tiffany mengatakan sambil tersenyum kearah Taeyeon.
Selang beberapa menit, Taeyeon sudah tertidur pulas. “Akhirnya selesai juga” Tiffany berdiri dan sebentar membuka HP nya yang dari sore tadi belum dinyalakan. HP Tiffany bergetar. Satu pesan diterima.

To: Tiffany
Hei mengapa kau tak kabari aku kalau pindah keluar kota? Kumohon maafkan aku karena kejadian itu. Aku masih mencintaimu.
-Kim Hyesung-

“Huh” dengan nada kesal Tiffany membalas sms itu.

To: Hyesung
Enyahlah kau brengsek
-Tiffany-

Dan langsung mematikan HP nya, lalu meletakkannya di meja kecil sebelah tempat tidur. Ia sangat ingin sekali melupakan kejadian itu. “Hyesung, cowok macam apa dia ini, tak berperasaan. Cowok bodoh” ungkap Tiffany dengan kesal. Tiffany mengingat kembali kejadian itu.


Hari ini, Hyesung oppa berulang tahun. Aku ingin memberinya kejutan yang sangat besar, yang pastinya akan membuatnya sangat senang. “Hihi, aku tak bisa membayangkan ekspresinya kalau nanti ia menerima hadiahku ini” ujarnya dalam hati.
 Tiffany pergi ka apartemen Hyesung menggunakan mobilnya sendiri. Dengan terburu-buru ia masuk ke apartemen, dan masuk ke lift. Menekan angka 9. Ya, Hyesung tinggal di lantai 9, kamar nomor 95. Ia kerepotan membawa kue ulang tahun yang sudah dibelinya kemarin, tak lupa menyiapkan hadiah untuk oppa. Sebuah jam tangan yang selama ini diincar oleh Hyesung. Tiffany terhenti di depan sebuah kamar, tentu saja nomor 95, kamar Hyesung. Tiffany mengetuk tapi tak ada jawaban, ia mendengar ada suara ribut didalam, dan yakin bahwa Hyesung ada di dalam. Tanpa berpikir panjang ia membuka pintu yang tidak terkunci itu. Di dalam , ia melihat ada beberapa teman Hyesung yang sedang meminum minuman keras dan mengobrol bersama yeoja-yeoja yang berpakaian seksi. Terdengar suara desahan-desahan dari dalam kamar mandi, sepertinya sedang berbuat yang tidak-tidak. Tiffany sangat kaget melihat semua itu, dari depan pintu ia kembali melihat sudut-sudut kamar dan mendapati Hyesung yang hanya memakai celana pendek berciuman dengan gadis yang sama sekali tidak dikenalnya. Gadis itu pun hanya memakai pakaian dalam. Tiffany tertegun melihat semua itu, sementara Hyesung belum menyadari kehadiran Tiffany disitu.

‘Bruk’

Kue ulang tahun yang disiapkan Tiffany terjatuh tepat di depan pintu. Hyesung menengok ke arah sumber suara dan melihat Tiffany dengan mata berkaca-kaca. Tiffany berlari keluar kamar dengan sekuat tenaga. Hyesung pun langsung mengejarnya.
‘Brukkk’ Ia terpeleset kue ulang tahun yang tadi dijatuhkan Tiffany. “Sialan!!” umpat Hyesung. Dengan masih berlari, Tiffany menyadari ia masih memegang kotak jam tangan yang tadinya akan diberikan. Sekuat tenaga ia melemparkan itu keluar jendela. Jam itu terjatuh tepat ditengah jalan. Ia berlari dengan air mata yang mengalir deras. Akhirnya ia sampai di mobilnya, masuk ke mobil dan langsung tancap gas. Dengan tak sengaja mobilnya melindas jam tangan yang tadi dilempar Tiffany keluar jendela. Hancur, jam tangan itu hancur berkeping-keping, sama seperti hati Tiffany. Hancur berkeping-keping.


Tiffany meneteskan air mata, lama-lama air mata itu mengalir deras keluar dari matanya.
“Sialan.. Untuk apa aku mengingat-ingat cowok brengsek itu” Ia mengambil tisu, kemudian mengusap matanya dengan tisu tersebut. Sudah 15 menit ia terduduk di tempat tidur dan melamun. Seketika ia melihat ke arah Taeyeon yang sedang tertidur pulas. Hatinya menjadi cukup tenang setelah melihat Taeyeon. Tiffany berjalan ke arah Taeyeon, menutupi tubuh Taeyeon yang mungkin kedinginan dengan selimut yang hangat. Tiffany menempatkan kepalanya di samping tempat tidur Taeyeon, dan memperhatikan Taeyeon yang sedang tertidur pulas.

Seperti malaikat saja” pikir Tiffany dalam batinnya.

Ia mendekati wajahnya ke wajah Taeyeon. Dikecupnya kening Taeyeon dengan lembut dan kemudian mendekatkan mulutnya ke arah telinga Taeyeon dan berkata.

“Aku menyukaimu Taeyeon”

Jantung Tiffany berdetak kencang disertai detak jam dinding yang sedari tadi didengarnya. Taeyeon sepertinya bisa menyembuhkan hati Tiffany, hati Tiffany yang terluka. Kemudian Tiffany kembali meletakkan kepalanya di tempat tidur Taeyeon, tepat di sebelah kepala Taeyeon. Ia terus memperhatikannya, sampai lama-kelamaan bayangan Taeyeon menjadi samar-samar dan akhirnya hilang. Segala-galanya menjadi gelap. Bukan. Bukan menjadi gelap, hanya saja Tiffany tertidur di situ. Terduduk di lantai dengan kepala diletakkan di tempat tidur Taeyeon.
Beberapa jam kemudian Tiffany terbangun karena kakinya yang kesemutan akibat terlalu lama dilipat. “Mmhh..” Tiffany mengucek-ucek matanya, dan melihat gadis yang masih tertidur lelap di depannya.

Taeyeon” batin Tiffany.

 Segera Tiffany melihat ke jam tangan yang ia dapatkan saat natal tahun kemarin. Ya. Itu pemberian Hyesung, ia sangat menyukai jam tangan itu, dan sangat membenci orang yang memberikannya.

Pukul 03.30” “Ah untung saja aku tidak tertidur di sini sampai Taeyeon bangun. Kalau ia bangun, apa yang harus kubuat sebagai alasan mengapa aku tertidur di sini?” Pikirnya sambil bangkit berdiri dan langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur yang tadi dipakai Jessica. Tiffany memutuskan untuk tidur kembali, karena ia pikir tak ada yang bisa dilakukan subuh-subuh begini sambil menunggu mulainya jam sekolah. Ia duduk kembali lalu melihat ke arah Taeyeon,  terlihat ia senyum-senyum sendiri saat melihat Taeyeon. “Ah. Sudah ah” Katanya dalam hati.
“Hooaamm..” Tiffany menguap dan berpikir “Kuharap aku memimpikan Taeyeon” Lalu kembali merebahkan tubuhnya dan tertidur. Keheningan menyelimuti seluruh kamar, hanya suara jangkrik yang terdengar dari kebun belakang. Terlihat seorang dari mereka membenamkan setengah dari wajahnya ke bantal dengan salah satu mata terbuka. 

Huh, anak itu..” ujarnya dalam hati dengan agak kesal.

-To Be Continued-

1 comment:

  1. Anyeong Thor ^^
    maqychan imnida, ijin baca ffnya thor
    gomawo^^

    ReplyDelete