Note: My very first Fan Fiction, enjoy ^^
“Kalau aku tidak salah dengar, namanya Tiffany
Hwang” Sooyoung berkata pada Sunny sambil tidak berhenti mengunyah makanannya.
“Iya, katanya dia anak pindahan dari kota lain?” siswi-siswi lain pun sibuk
membicarakan tentangnya.
“Ah, paling-paling juga hanya yeoja biasa seperti
sebelum-sebelumnya” gerutu Taeyeon yang sudah bosan mendengar anak-anak lain
membicarakan tentang anak baru yang bahkan
belum mereka temui sebelumnya.
“Sebenarnya
aku pun penasaran seperti apa yeoja yang sedang jadi buah bibir ini,
mudah-mudahan menyenangkan seperti Ozawa” Sambil mencuri-curi pandang pada
Ozawa, teman sekamarnya di sekolah asrama SMA HyoSang yang ia tinggali
sekarang.
Ya. Sekolah asrama itu hanya menerima murid-murid
perempuan saja. Sangat membosankan bagi Taeyeon, tidak bisa dekat dengan
namja-namja lain seperti di sekolah umum lain. Taeyeon melamun lagi, mengingat
saat-saat dia bisa dekat dengan Lee Teuk oppa sebelum pindah ke sekolah asrama
ini. Saat ia masih bisa bercengkrama dengannya dan namja lain di sekolahnya
yang lama. Tapi saat ia mengingat tentang Lee Teuk oppa, dadanya terasa sesak
sekali, mungkin karena Lee Teuk telah menyakiti hatinya di masa lalu. Ia sangat
kesepian saat pertama kali pindah ke SMA HyoSang, sampai akhirnya bertemu
dengan Ozawa, seorang yeoja pindahan dari Jepang yang sudah cukup lama tinggal
di Korea. Sejak bertemu dengannya, Taeyeon dapat berbaur dengan teman-teman
lain di SMA itu. Ia dan kedelapan teman lainnya tinggal di asrama S9. Taeyeon
merasa teman-teman satu asramanya itu cukup menyenangkan, terutama Ozawa.
“Taeyeon..” Tiba-tiba seorang gadis berdarah
Jepang-Kanada Perancis mendekatinya dan melanjutkan perkataannya.
“Apa aku mengganggu lamunanmu??”
“O-oh.. aniyo” Taeyeon menjawabnya sambil terus
melanjutkan lamunan tentang sekolahnya yang lama. Memang ia tak dapat melupakan
memori-memori yang indah yang ia dapatkan di sekolahnya yang lama.
“Hmm.. Taeyeon??”
“Mwo??” Taeyeon menjawab sambil menengok ke gadis
di sebelahnya.
Kyuu~
“Ahaha kena kau sekarang” Tawa gadis itu yang
sebelumnya telah meletakan jarinya di sebelah pipi Taeyeon.
“Uuu.. Dasar kau Ozawa” Taeyeon membalas
dengan mencolek pipi Ozawa. Lalu melanjutkan lamunannya. Kadang ia terlihat
seperti ingin menangis, dan kadang juga terlihat tersenyum-senyum sendiri
seperti orang gila.
“Ah kau ini, sedang melamun tentang apa sih?” tanyanya sambil mengangkat
alisnya.
“Rahasia. Ingin tahu saja kau ini” jawab
Taeyeon dengan dingin sambil menirukan gaya Jessica.
“Huh ya sudah” Ozawa membalas dengan ketus dan
meninggalkan Taeyeon.
“Haha.. Aku bercanda kok” Taeyeon menarik
tangan Ozawa dan mendorongnya kembali untuk duduk di sebelahnya. Taeyeon
merapikan rambut Ozawa yang tadi tersibak akibat membuang muka karena jawaban
Taeyeon yang dingin.
“Mianhae Ozawa~ah” Pinta Taeyeon sambil
mengelus-elus pipi Ozawa yang kemerahan. Ozawa menatap Taeyeon, begitu pun
Taeyeon. Beberapa detik kemudian tawa
mereka meledak, disertai datangnya murid baru yang sedari tadi dibicarakan oleh
para siswi. Gadis itu memakai t-shirt berwarna merah muda dan jaket ungu
beserta celana jeans yang cukup ketat. Rambutnya yang panjang dikuncir dua
kebelakang, membuatnya terlihat manis.
*DEG*
Jantung Taeyeon berdegup saat melihat yeoja
itu. Matanya tidak berkedip, terpaku pada gadis yang sedang berkenalan dengan
para siswi. Sampai-sampai mulutnya melongo terkesima melihat kecantikannya.
Hap.
Sooyoung meletakkan sepotong roti ke dalam mulut Taeyeon yang terbuka
lebar. Mereka yang melihatnya tertawa lepas. Taeyeon tidak memperdulikannya,
malah memasukan roti itu semakin dalam ke mulutnya, mengunyah dan menelannya.
Taeyeon tetap memperhatikan murid baru itu seperti tidak terjadi apa-apa pada
dirinya.
“Lho?” Sooyoung bingung melihat tingkah
Taeyeon yang seperti itu. Biasanya ia mengeluarkan dan melempar makanan pada
Sooyoung apapun yang dimasukkan ke mulutnya setelah Sooyoung memasukannya,
sering sekali ia seperti itu saat sedang melongo.
“Ah sudahlah biarkan, mungkin Taeyeon sedang
kelaparan” lanjut Sooyoung dengan tertawa kecut.
“Iya biarkan sajalah, aku juga mengantuk”
Sambar Jessica yang padahal sedang terlelap sedari tadi di bahu Yuri.
Seorang gadis menghampiri Taeyeon dan
mengulurkan tangannya
“Tiffany Hwang”
“O-oh, Kim Taeyeon” Taeyeon menjawab sambil
bersalaman dengan Tiffany.
*DEG*
Jantung Taeyeon berdetak semakin keras saat ia
menyentuh lembut tangan Tiffany.
“Senang berkenalan denganmu” Tiffany berkata
sambil menahan tawa ke arah Taeyeon yang langsung menutup mulutnya yang dari
tadi melongo. Taeyeon tersenyum tipis. Tiffany pun pergi dan berkenalan dengan
siswi-siswi lain.
“Hmm
jadi dia orangnya”
“Tiffany
Hwang.. Oke juga” pikirnya dalam hati.
“Hmm.. oke juga” Ozawa berkata seolah-olah ia
tahu apa isi hati Taeyeon. Sepertinya mereka memiliki pikiran yang sama
terhadap Tiffany.
“Ahhh.. apa itu tadi yang lewat??” Jessica
baru terbangun setelah Tiffany melewatkannya untuk berkenalan dengannya.
Mungkin karena takut mengganggunya tidur.
“Yang tadi itu? Oh.. itu murid baru, namanya
Tiffany Hwang” Hyoyeon menjelaskan pada Jessica yang masih setengah membuka
matanya.
“Iya, mungkin Tiffany takut membangunkan
HellSica yang sedang tertidur lelap” timpal Sooyoung.
“Oh” Jessica menjawab sambil menguap
seolah-olah tidak menghargai perkataan Hyoyeon dan Sooyoung dan kembali tidur
di bahu Yuri.
“Uuu.. memang sangat menyebalkan si Ice
Princess ini” Gertak Sooyoung yang langsung kabur mengambil makanan di meja
kantin.
“Tidak
untukku” Yuri membatin.
‘Kriiiiiiiingggg’
Bel berbunyi, tanda mereka semua harus kembali
ke asrama mereka masing-masing.
“Huh, ribut sekali tadi di sana, sampai-sampai
aku tak bisa tidur” Si Ice Princess itu berkata tanpa menyadari bahwa ia telah
tertidur di situ hampir 1 jam. “Hei Yoona” sambil menengok ka arah Yoona yang
sedang asik mengobrol bersama Seohyun. “Tolong gantikan Yuri, bantu aku berjalan
sampai kamar, mungkin Yuri sudah pegal-pegal membiarkan aku bersender padanya”
lanjut Jessica dengan sempoyongan berjalan ke arah Yoona.
“Tidak,
aku malah menikmatinya” Yuri membantin lagi.
“Ok unnie” Yoona menjawab dengan berat hati
karena melewatkan kesempatan untuk mengobrol bersama Seohyun. Lalu mereka
kembali berjalan untuk kembali ke asrama.
”Hei kalian bersembilan, tunggu sebentar”
Panggil seorang pria yang suaranya sudah sangat kami kenal.
“Ada apa Pak?” tanya Taeyeon pada Kepala
Sekolah yang merangkap menjadi penjaga sekolah tersebut.
“Ya, cukup
aneh memang. Kepala Sekolah yang merangkap sebagai penjaga sekolah. Mungkin ia
memiliki alasan tertentu untuk melakukannya. Atau mungkin ia tidak sanggup
untuk membayar gaji seorang penjaga sekolah?” pikiran
Taeyeon kemana-mana.
“Apa kalian sudah mengetahui ada murid baru
yang datang? Apa kalian sudah mengenalnya?”
“Iya Pak, sudah” Jawab kami semua serentak
kecuali Jessica.
“Oh, bagus kalau begitu. Rencananya saya akan
memasukkan Tiffany ke asrama kalian, asrama S9. Bagaimana? Apa ada tempat tidur
yang kosong?”
“Sangat ada” Taeyeon menjawab dengan mantap.
“Jinjja??”
“Iya” sambung Ozawa. “Di kamar Taeyeon dan aku
masih ada satu tempat tidur yang kosong” Ozawa menjawab seperti tidak mau kalah
dari Taeyeon.
“Baiklah kalau begitu, malam ini Bapak akan
mengantarnya ke asrama kalian, tolong perlakukan dia dengan baik” nasihat Pak
Lee So Man, Kepala Sekolah kami.
“Pastinya”
pikir Taeyeon.
Setelah Bapak Kepala Sekolah pergi agak jauh,
Jessica menggerutu “Uhh, itu kan tempat favoritku”
Ya. Terkadang Jessica menumpang tidur di kamar
Teyeon dan Ozawa karena di kamarnya suara mulut Sooyoung memakan keripik
membuatnya tidak bisa tertidur nyenyak.
“Haha, mianhae Sica” Ozawa menjawab sambil
mencolek pipi Jessica.
Akhirnya, mereka semua sudah berkumpul di
asrama mereka, asrama S9. Tanpa pikir panjang Jessica langsung masuk dan
merebahkan diri di sofa yang hangat dan empuk. Dilanjut dengan Seohyun yang
repot membawa buku-buku yang baru tadi dipinjamnya di perpustakaan. Taeyeon dan
Ozawa seperti biasa, saling berangkulan dan bercanda. Mereka satu persatu masuk
ke asrama. Tertulis besar di tembok ruang TV “ASRAMA HYOSANG” “S9” Dindingnya
yang bercat kan warna coklat dan krem membuat asrama itu terlihat sangat
klasik, lebih tepatnya sangat membosankan bagi para gadis.
“Yah, kembali lagi ke asrama ini, setelah
hampir sebulan berlibur pergantian semester” Hyoyeon berkata sambil menyalakan
TV.
Mereka bergegas masuk ke kamar masing-masing.
Ada 3 kamar di asrama itu. Satu kamar terdiri dari 3 tempat tidur. Ada satu
kamar yang memiliki 4 tempat tidur, yaitu kamar Yuri yang berisikan Yoona,
Hyoyeon dan Sunny. Kamar kedua berisikan Sooyoung, Seohyun dan Jessica
tentunya. Dan kamar terakhir untuk Taeyeon, Ozawa dan seorang gadis yang
kedatangannya ditunggu-tunggu oleh Taeyeon, Tiffany Hwang. Mereka semua kembali
berkumpul di ruang TV untuk menonton acara bersama, kecuali Jessica yang sudah
tiba-tiba berada di kamarnya untuk tidur.
“Hah dasar Sleeping Beauty” ejek Sooyoung
“Bagaimana mungkin ia bisa melewatkan acara semenarik ini?”
‘Tok Tok Tok’
Pintu asrama mereka diketuk. “Silahkan masuk,
pintunya dikunci” teriak Hyoyeon.
“Babo, kalau pintunya dikunci mana mungkin
bisa masuk?” Ozawa menyeringai.
“Ya sudah kau buka sana” suruh Hyoyeon pada
Sunny.
“Tidak mau, jika aku melewatkan level ini, aku
harus mengulangnya dari awal” Sunny menjawab tanpa melepas pandangan dari
Nintendo DS yang sedang sibuk dimainkannya.
“Ya sudah biar aku saja yang buka” Maknae
menyerobot.
“Kamsahamnida” Sunny tersenyum.
Seohyun memegang gagang pintu yang terbuat
dari besi yang dibentuk secara indah, lalu memutar kuncinya. ‘Kreekk’ pintu
terbuka.
“Oh Tiffany??” senyum Seohyun sambil
mempersilahkan masuk.
*DEG*
“Tti-tiffany?”
Taeyeon tergagap-gagap walaupun hanya dalam pikiran. Memang, Taeyeon
menyukainya saat pertama kali ia melihatnya tadi. Kali ini ia memakai celana
pendek berwarna merah muda dan kaos putih, rambutnya masih tetap dikuncir dua.
“Lucu sekali
dia” gumam Taeyeon dalam hati.
“Wow, Tiffany-chan” Ozawa berkata pada dirinya
sendiri dengan berbisik.
Taeyeon merasa sangat gugup saat ia melihat
Tiffany, gadis yang baru disukainya. Ia sengaja pura-pura tidak tahu agar
Tiffany menyapanya terlebih dahulu.
“Taeyeon? Kim Taeyeon??” “Benarkan?” sapa
Tiffany sambil memiringkan kepalanya dan melihatku. Mukaku memerah karena malu.
“Iya, tadi kita sudah berkenalan kan?” ucap Taeyeon basa-basi, karena tak tahu
apa yang harus dikatakan saking gugupnya.
“Oh iya ternyata benar. Hehe”
“Ma-mau ku antar ke kamarmu?” Taeyeon
memberanikan diri untuk bertanya.
“Ya bolehlah. Kamsahamnida”
Mereka berdua segera menuju kamar nomor tiga,
kamar terakhir. Taeyeon membuka pintu kamar dengan perlahan dan menyalakan
lampu. Lampunya memang tidak begitu terang karena khusus dibuat untuk tidur.
Dalam cahaya remang-remang mereka berdua masuk ke kamar, Taeyeon menutup pintu.
*DEG*
Jantung Taeyeon kembali berdegup kencang,
apalagi saat ini dia hanya berduaan di kamar, bersama gadis yang disukainya.
“Tiffany
Hwang” Taeyeon berkata dalam benaknya.
Tiffany sibuk melihat-lihat keadaan sekitar
kamar, sedangkan Taeyeon sibuk memperhatikan Tiffany. Dari belakang. Taeyeon
melihat tangan Tiffany yang memegang koper. Ia jadi teringat ketika Tiffany
bersalaman dengannya.
“Sangat lembut”
Taeyeon bermaksud untuk mengucapkan itu dalam
hati, tapi kenyataannya ia malah mengucapkannya dengan keras, cukup keras,
sehingga Tiffany mendengarnya.
“Mwo? Apanya yang sangat lembut??” Tiffany
bingung.
“Eh.. aniyo.. emm.. itu.. kasurnya sangat
lembut sehingga kau dapat tidur dengan nyenyak” Jawab Taeyeon mencari-cari
alasan.
“Duh,
untung saja”
Taeyeon memutuskan untuk kembali ke ruang TV,
menonton bersama dengan yang lainnya. Karena ia merasa sangat gugup saat ia
berada dekat Tiffany, apalagi hanya berduaan.
“Fany.. Mianhae, aku kembali dulu ya ke ruang
TV, mau menonton acara kesukaanku. Kau boleh di sini dulu atau boleh juga tidur
duluan kalau sudah lelah” tawar Taeyeon pada Tiffany.”
“Kamsahamnida Taeyeon”
Dengan agak terburu-buru Taeyeon kembali ke
ruang TV.
“Kupikir
aku benar-benar menyukainya”
“Tiffany
Hwang” Kuulang-ulang nama itu dalam
hatiku.
*DEG*
Aku yang tadinya bermaksud menonton bersama
yang lainnya, terhenti akibat adanya sentuhan di bagian pundakku. Seseorang
memegang pundakku sebelum aku sampai di ruang TV. Aku perlahan-lahan membalikan
badanku untuk mengetahui siapa yang memegang pundakku. Seorang gadis, bukan,
bukan Tiffany. Aku tak bisa melihatnya dengan jelas karena lampu lorong di
depan kamar tidak dinyalakan. Aku merinding. Rambutnya terurai, tidak dikuncir
dua, jadi aku yakin itu bukan Tiffany. Lalu siapa dia??
“Ttt—tae-yeon” Ia memanggilku dengan suara
agak serak. Tangannya masih menempel di bahuku, sehingga aku bisa merasakan
tangannya, sangat ‘dingin’. Aku mulai
ketakutan. Kupikir itu hantu. Dengan sekuat tenaga aku berteriak.
“Kkyyyaaaaaa!!”
Gadis itu segera melepaskan tangannya dari
pundakku. Murid-murid lain segera berdatangan melihat apa yang membuatku
berteriak sekeras itu.
“Taeyeon, apa yang kau lakukan?? Melatih
vokal??” tanya gadis yang tadi memegang pundakku. Lama-kelamaan aku menyadari,
aku mengenal suaranya.
“Jessica”
“Ternyata kau.. Kau mengagetkanku saja!!” teriakku pada
Jessica.
“Ahaha, mianhae. Aku tidak bermaksud seperti
itu” Jawab Jessica menggaruk-garuk kepala. “Aku tadi hanya ingin meminta tolong
padamu untuk mengambilkan minum, tenggorokanku serak sekali”
“Huh dasar, tapi bagaimana bisa tanganmu
se’dingin’ es begitu??”
“Aku salah mengatur suhu AC, terlalu dingin,
jadinya tanganku dingin begini” jawab Jessica polos.
“Ah dasar kau Taeyeon , mengagetkan kami saja”
kata Sooyoung dengan nada kesal “Ayo kita kembali nonton” ajak Sooyoung pada
yang lain.
“Haha silahkan, maaf telah membuat kalian
kaget” Ujarku sambil memutar-mutar ujung kaki di lantai tanda malu.
“Ya sudahlah aku ambil minum sendiri saja”
“Dimintai tolong malah teriak-teriak” Jessica mengomel sepanjang jalan ke
dapur.
Aku baru menyadari kalau Tiffany pun ada di
situ, sejak tadi aku berteriak. Dia menatapku dengan menahan tertawa.
“Hihihi” Ia menghampiriku dan memegang kedua
pundakku. Aku kaget sekali.
“Kau
lucu juga Taeyeon” Tiffany lalu pergi menyusul mereka yang sedang menonton
acara TV.
“Aniyo,
kau yang lucu, Fany” Aku mengatakan itu dalam hati sambil tersenyum malu.
Aku masih terdiam di lorong yang gelap itu,
memikirkan saat barusan Tiffany memegang pundakku. Tangannya sangat hangat,
beda sekali dengan tangan Jessica. Tangan Tiffany yang hangat membuatku ingin
merasakan sentuhannya terus.
Aku baru menyadari bahwa aku sendiri di situ,
tak mungkin Jessica muncul lagi dan meminta minum, karena ia sudah berada
bersama dengan yang lainnya di ruang TV. Aku menjadi takut jika berada di situ,
semua itu gara-gara Jessica.
“Ah,
Sicca Effect” gumamku dalam hati.
Dengan agak terburu-buru karena takut ada
orang yang memegang pundakku lagi, aku menyusul Tiffany yang sedang asik
menonton TV bersama dengan yang lainnya. Di sana, kulihat Ozawa sedang
berbincang-bincang dengan Tiffany, sementara yang lainnya sibuk menonton.
“Hmm..Mereka
sepertinya cepat menjadi teman dekat” pikirku dalam hati dengan sedikit
rasa cemburu. Segera aku duduk di sebelah Jessica yang langsung mengomel
tentang kejadian tadi. “Bla bla bla” Aku tak mendengarkan apa yang dikatakan
Jessica, pura-pura langsung serius menonton acara. Sesekali aku melirik-lirik
pada Ozawa dan Tiffany.
“Sialan”
“Sepertinya
,makin dekat saja mereka berdua” kataku dalam hati dengan perasaan cemburu
yang melebihi perasaan yang tadi. Jung Sooyeon ini tetap saja berbicara, entah
apa yang dikatakannya.
“Kau mendengarku kan??” Gadis sebelahku itu
menatapku dengan dingin sambil menunggu jawabanku.
“Ne..ne..” Aku menjawab seperti aku
mendengarkan saja pidato Jessica yang panjang lebar tadi. Sekali lagi aku
melirik pada Ozawa dan Tiffany. Kulihat Ozawa membelai-belai rambut Tiffany.
Tiffany terlihat senang rambutnya dibelai-belai seperti itu.
“Yah sudah habis!!” Teriakan Sooyoung yang
kecewa karena berakhirnya acara TV itu membuat aku kaget. Padahal aku sedang
serius memperhatikan Ozawa dan Tiffany yang sedang bermesraan itu.
“Iya sudah habis, padahal aku sedang serius
menontonnya” Ucap Taeyeon yang
sepenuhnya berbohong karena dari tadi ia hanya memperhatikan Tiffany dan Ozawa.
“Sudah, sebaiknya kita mulai tidur sekarang karena besok sudah mulai masuk
sekolah” ujar Seohyun sambil membereskan buku yang ia baca tadi. Semua murid
pun kembali ke kamar mereka masing-masing, termasuk Taeyeon. Terlihat Taeyeon
memperhatikan Ozawa yang masih saja mengobrol sambil merangkul pinggang
Tiffany.
Aku
melihat mereka dari belakang. “Seperti
pasangan suami istri saja, saling merangkul pinggang” pikirku dengan
perasaan cemburu melebihi yang tadi-tadi. Aku memberanikan diri berjalan
sejajar dengan mereka, Ozawa melirikku.
“Eh, sini Taeyeon” panggilnya sambil menarik
tanganku dan menempatkan aku di tengah-tengah mereka. Ozawa tersenyum kearahku,
aku tak tahu apa maksud dibalik senyumannya itu. Sepertinya ia tahu apa isi
hatiku. Kami bertiga berjalan sejajar sambil saling berpegangan tangan.
“Akhirnya
aku bisa merasakan lembutnya tangan
Tiffany lagi”
Aku memegang tangan Tiffany cukup erat, tak
peduli apa dia menyadarinya atau tidak. Kurasakan jari-jarinya mengelus-elus
tanganku, aku tak tahu apakah itu hanya perasaanku atau dia benar-benar
melakukannya. Dengan perlahan aku melirik kearah Tiffany .
Dengan rambut yang berwarna coklat kehitaman
dan dikuncir dua, terlihat lucu sekali bagiku. Kurasakan lagi jari-jarinya
megelus tanganku, kuharap itu bukan hanya perasaanku saja.
“Tangannya...
hangat dan lembut” pikirku. Membuatku ingin memegang tangannya lebih erat
lagi.
“Hmm, aku pergi ke toilet dulu ya..” Tiffany
berkata pada kami berdua. “Kalian berdua duluan saja masuk ke kamar” lanjutnya.
Dengan agak tergesa-gesa Tiffany mulai berjalan menuju toilet, belum menyadari
bahwa ia masih memegang tangan Taeyeon. Saat Tiffany hendak melangkahkan
langkah pertamanya, Taeyeon pun menarik
tangan Tiffany.
“Eh.. Taeyeon?” tanyanya bingung sambil menatap kearah Taeyeon
sebelum melihat tangannya yang masih mengait tangan Taeyeon.
“Haha.. maaf-maaf, aku lupa” Tiffany berkata
sambil melepas tangan Taeyeon.
“Ah tidak apa-apa kok”
“Hehe..Habis tanganmu hangat sih..” Tiffany berkata sambil
mengedipkan mata pada Taeyeon dan langsung berbalik menuju toilet yang hanya
berjarak 5 meter dari tempatku berdiri. Taeyeon tersipu malu.
“Hangat?”
tanya Taeyeon dalam hati.
Segera ia meraih tangan Ozawa dan pergi menuju
kamar.
“Taeyeon, kau tahu tidak apa yang aku
bicarakan dengan Tiffany tadi?” Ozawa bertanya itu tanpa ekspresi di wajahnya.
“Tidak”
“Lebih
tepatnya tidak mau tahu” umpat Taeyeon dalam hati.
“Dia membicarakan tentangmu”
“Hah? Jinjja??” Taeyeon heran dengan perkataan
Ozawa.
“Iya” “Dia menanyakan terus tentangmu”
“Oh benarkah??
“Ya, dia menanyakan terus tentangmu. Ia tahu
kalau aku sahabat terbaikmu, jadi dia bertanya padaku tentangmu” Taeyeon merasa
antara kaget, senang, dan tidak percaya.
“Oh begitu” Taeyeon merasa itu mungkin saja,
mengingat kejadian barusan.
“..Habis
tanganmu hangat sih..”
Ia mengingat-ingat perkataan Tiffany tadi
sambil berjalan di lorong yang sepi dan gelap. Benar-benar sepi. Ya, mungkin
karena para murid lain sudah pada masuk ke kamar dan tidur. Ozawa mengeluarkan
kunci, memasukan dalam lubang dan memutarnya, pintu pun terbuka.
“Silahkan masuk Nyonya” canda Ozawa pada
Taeyeon sambil tertawa.
“Haha, apaan ah” Taeyeon masuk sambil menarik
Ozawa masuk dalam kamar. Mereka berdua tertawa cekikikan. Taeyeon langsung
terdiam saat melihat salah satu tempat tidur ada yang menghuni. Ozawa bertanya
pada Taeyeon “Si-Siapa itu?” Taeyeon hanya menggelengkan kepala.
Dari kepala hingga kaki tertutup selimut
sehingga mereka tak dapat melihat siapa yang dibalik selimut. Sosok dibalik
selimut itu bergerak.
“Mengerikan
sekali kalau itu Tiffany” Taeyeon berpikir aneh-aneh.
Dengan agak takut mereka berdua segera menarik
selimut itu. ‘Srreeet’
“Jessica”
Ternyata dia yang tertidur di kamar itu. “Hoi
Sica! Bangun!” teriak Ozawa tepat ditelinga Jessica.
“Wow.
Berani sekali dia membangunkan si HellSica dengan cara seperti itu” ujar
Taeyeon dalam hati.
“Mwo??” “Mengapa kau membangunkanku??”
“Tempat tidur itu akan ada yang menempati” jawab
Ozawa sambil melipat tangan didadanya.
Kemudian Tiffany pun masuk. “Oh iya aku lupa,
ada Tiffany”kata Jessica sambil bangkit berdiri dan berjalan sempoyongan menuju
kamar yang berisik karena suara mulut Sooyoung memakan night-snack nya. “Kenapa
dia?” tanya Tiffany sambil menunjuk ke arah Jessica.
“Tak apa, dia hanya tertidur di sini tadi”
Jawab Taeyeon sambil merapikan kembali tempat tidur yang tadi dipakai Jessica.
“Ah tak usah dibereskan, nanti juga dipakai
lagi kan” Tiffany menarik tangan Taeyeon, mencegahnya membereskan tempat tidurnya.
Taeyeon hanya tersenyum.
Ozawa langsung menjatuhkan diri ke tempat
tidurnya “Selamat malam Taeyeon, Tiffany”
Beberapa detik kemudian ia sudah tidak
bergerak lagi. Sudah tertidur. Sementara Tiffany masih merapikan pakaiannya
yang ia bawa untuk persediaan di asrama dan Taeyeon masih duduk di tempat
tidur.
“Apa kau belum mengantuk??”
“Apa kau belum mengantuk??”
Mereka bertanya secara bersamaan. Taeyeon dan
Tiffany saling berpandangan. Tak lama kemudian mereka langsung tertawa kecil
karena takut mengganggu Ozawa yang sudah tertidur pulas.
“Hahaha kebetulan sekali kita mengatakan hal
yang sama secara bersamaan” Taeyeon melempar bantal kearah Tiffany.
“Iya. Ahaha. Aku sudah mengantuk sih, tapi aku
harus membereskan ini dulu” “Kalau kau sudah mengantuk, tidur duluan saja sana”
Jawab Tiffany sambil melempar kembali bantal yang tadi dilempae Taeyeon.
Taeyeon menangkapnya “Ya sudah, aku tidur duluan ya.. Selamat malam”
“Ya. Mimpi indah” Tiffany mengatakan sambil
tersenyum kearah Taeyeon.
Selang beberapa menit, Taeyeon sudah tertidur
pulas. “Akhirnya selesai juga” Tiffany berdiri dan sebentar membuka HP nya yang
dari sore tadi belum dinyalakan. HP Tiffany bergetar. Satu pesan diterima.
To:
Tiffany
Hei
mengapa kau tak kabari aku kalau pindah keluar kota? Kumohon maafkan aku karena
kejadian itu. Aku masih mencintaimu.
-Kim
Hyesung-
“Huh” dengan nada kesal Tiffany membalas sms
itu.
To:
Hyesung
Enyahlah kau
brengsek
-Tiffany-
Dan langsung mematikan HP nya, lalu
meletakkannya di meja kecil sebelah tempat tidur. Ia sangat ingin sekali
melupakan kejadian itu. “Hyesung, cowok macam apa dia ini, tak berperasaan.
Cowok bodoh” ungkap Tiffany dengan kesal. Tiffany mengingat kembali kejadian
itu.
Hari ini, Hyesung oppa berulang tahun. Aku ingin memberinya
kejutan yang sangat besar, yang pastinya akan membuatnya sangat senang. “Hihi,
aku tak bisa membayangkan ekspresinya kalau nanti ia menerima hadiahku ini”
ujarnya dalam hati.
Tiffany pergi ka
apartemen Hyesung menggunakan mobilnya sendiri. Dengan terburu-buru ia masuk ke
apartemen, dan masuk ke lift. Menekan angka 9. Ya, Hyesung tinggal di lantai 9,
kamar nomor 95. Ia kerepotan membawa kue ulang tahun yang sudah dibelinya
kemarin, tak lupa menyiapkan hadiah untuk oppa. Sebuah jam tangan yang selama
ini diincar oleh Hyesung. Tiffany terhenti di depan sebuah kamar, tentu saja
nomor 95, kamar Hyesung. Tiffany mengetuk tapi tak ada jawaban, ia mendengar
ada suara ribut didalam, dan yakin bahwa Hyesung ada di dalam. Tanpa berpikir
panjang ia membuka pintu yang tidak terkunci itu. Di dalam , ia melihat ada
beberapa teman Hyesung yang sedang meminum minuman keras dan mengobrol bersama
yeoja-yeoja yang berpakaian seksi. Terdengar suara desahan-desahan dari dalam
kamar mandi, sepertinya sedang berbuat yang tidak-tidak. Tiffany sangat kaget
melihat semua itu, dari depan pintu ia kembali melihat sudut-sudut kamar dan
mendapati Hyesung yang hanya memakai celana pendek berciuman dengan gadis yang
sama sekali tidak dikenalnya. Gadis itu pun hanya memakai pakaian dalam.
Tiffany tertegun melihat semua itu, sementara Hyesung belum menyadari kehadiran
Tiffany disitu.
‘Bruk’
Kue ulang tahun yang disiapkan Tiffany terjatuh tepat di
depan pintu. Hyesung menengok ke arah sumber suara dan melihat Tiffany dengan
mata berkaca-kaca. Tiffany berlari keluar kamar dengan sekuat tenaga. Hyesung
pun langsung mengejarnya.
‘Brukkk’ Ia terpeleset kue ulang tahun yang tadi dijatuhkan
Tiffany. “Sialan!!” umpat Hyesung. Dengan masih berlari, Tiffany menyadari ia
masih memegang kotak jam tangan yang tadinya akan diberikan. Sekuat tenaga ia
melemparkan itu keluar jendela. Jam itu terjatuh tepat ditengah jalan. Ia
berlari dengan air mata yang mengalir deras. Akhirnya ia sampai di mobilnya,
masuk ke mobil dan langsung tancap gas. Dengan tak sengaja mobilnya melindas
jam tangan yang tadi dilempar Tiffany keluar jendela. Hancur, jam tangan itu
hancur berkeping-keping, sama seperti hati Tiffany. Hancur berkeping-keping.
Tiffany
meneteskan air mata, lama-lama air mata itu mengalir deras keluar dari matanya.
“Sialan..
Untuk apa aku mengingat-ingat cowok brengsek itu” Ia mengambil tisu, kemudian mengusap
matanya dengan tisu tersebut. Sudah 15 menit ia terduduk di tempat tidur dan
melamun. Seketika ia melihat ke arah Taeyeon yang sedang tertidur pulas.
Hatinya menjadi cukup tenang setelah melihat Taeyeon. Tiffany berjalan ke arah
Taeyeon, menutupi tubuh Taeyeon yang mungkin kedinginan dengan selimut yang
hangat. Tiffany menempatkan kepalanya di samping tempat tidur Taeyeon, dan
memperhatikan Taeyeon yang sedang tertidur pulas.
“Seperti malaikat saja” pikir Tiffany
dalam batinnya.
Ia mendekati
wajahnya ke wajah Taeyeon. Dikecupnya kening Taeyeon dengan lembut dan kemudian
mendekatkan mulutnya ke arah telinga Taeyeon dan berkata.
“Aku
menyukaimu Taeyeon”
Jantung
Tiffany berdetak kencang disertai detak jam dinding yang sedari tadi
didengarnya. Taeyeon sepertinya bisa menyembuhkan hati Tiffany, hati Tiffany
yang terluka. Kemudian Tiffany kembali meletakkan kepalanya di tempat tidur
Taeyeon, tepat di sebelah kepala Taeyeon. Ia terus memperhatikannya, sampai
lama-kelamaan bayangan Taeyeon menjadi samar-samar dan akhirnya hilang.
Segala-galanya menjadi gelap. Bukan. Bukan menjadi gelap, hanya saja Tiffany tertidur
di situ. Terduduk di lantai dengan kepala diletakkan di tempat tidur Taeyeon.
Beberapa jam
kemudian Tiffany terbangun karena kakinya yang kesemutan akibat terlalu lama
dilipat. “Mmhh..” Tiffany mengucek-ucek matanya, dan melihat gadis yang masih
tertidur lelap di depannya.
“Taeyeon” batin Tiffany.
Segera Tiffany melihat ke jam tangan yang ia
dapatkan saat natal tahun kemarin. Ya. Itu pemberian Hyesung, ia sangat
menyukai jam tangan itu, dan sangat membenci orang yang memberikannya.
“Pukul 03.30” “Ah untung saja aku tidak tertidur di sini sampai Taeyeon bangun. Kalau ia bangun, apa yang harus kubuat
sebagai alasan mengapa aku tertidur di sini?” Pikirnya sambil bangkit
berdiri dan langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur yang tadi dipakai
Jessica. Tiffany memutuskan untuk tidur kembali, karena ia pikir tak ada yang
bisa dilakukan subuh-subuh begini sambil menunggu mulainya jam sekolah. Ia
duduk kembali lalu melihat ke arah Taeyeon,
terlihat ia senyum-senyum sendiri saat melihat Taeyeon. “Ah. Sudah ah” Katanya dalam hati.
“Hooaamm..”
Tiffany menguap dan berpikir “Kuharap aku
memimpikan Taeyeon” Lalu kembali merebahkan tubuhnya dan tertidur.
Keheningan menyelimuti seluruh kamar, hanya suara jangkrik yang terdengar dari
kebun belakang. Terlihat seorang dari mereka membenamkan setengah dari wajahnya
ke bantal dengan salah satu mata terbuka.
“Huh, anak itu..” ujarnya dalam hati
dengan agak kesal.
-To Be Continued-
Anyeong Thor ^^
ReplyDeletemaqychan imnida, ijin baca ffnya thor
gomawo^^