“Kamsahamnida...”
Seorang yeoja berkata sambil
membungkukkan badannya.
“Ne, gwaenchana...”
Jawab seorang namja
sambil kembali masuk ke mobil sedan yang berwarna hitam.
Yeoja itu berbalik
setelah mobil sedan yang melaju sudah tak tampak lagi.
Tampak sebuah bangunan
didepannya.
Ia berjalan menuju
sebuah pintu dan masuk ke pintu itu.
Sepi.
Ruang tengah sudah tak
ada orang lagi.
Jam dinding terlihat
menggantung di sana.
Pukul 23:00.
Yeoja itu berjalan
masuk menuju kamarnya.
Dan terlihat yeoja lain
sedang terduduk di tempat tidur sambil memeluki lututnya.
Matanya terlihat
mengarah pada jam tangan yang sedang dipakainya.
“Ehm......”
Yeoja yang terduduk itu
seketika langsung melihat ke arah pintu.
“Ah Fany!
Dari mana saja kau? Kenapa baru pulang??”
Dari nada bertanyanya,
ia terlihat sangat khawatir.
“Memang apa pedulimu?”
jawabnya sinis.
“Eh?..... Kau kenapa?”
“Tak usah pedulikan
aku, urus saja namjamu itu”
“Mwo? Namja? Nuguya?”
“Kau pikir aku tak
melihatmu tadi di taman? Hah?”
Tiffany melepaskan jaketnya
dan melemparkannya ke kursi.
Kemudian langsung
menelungkupkan badannya di tempat tidur.
Hening.
Taeyeon tak bisa
berkata apa-apa.
Perlahan ia mendekati
Tiffany, dan menepuk punggungnya.
“Fany? Tadi k-kau
me-melihatnya??”
Tak ada respon apa-apa
dari Tiffany.
Perlahan terlihat
badannya bergetar.
Taeyeon langsung menuju
ke sisi lain tempat tidur Tiffany.
Terlihat luapan air
mata membanjiri pipi Tiffany.
“Ishhh....waeyo
Fany-ah???”
Katanya sambil
mengambil tisu yang terletak di atas meja di sebelah tempat tidur.
“Aniya.....” kata
Tiffany sambil menahan tangan Taeyeon yang hendak menghapus air matanya.
Dan langsung menutupi
seluruh tubuhnya dari kaki sampai kepala dengan selimut.
“Fany....tadi itu di
taman aku tak-”
“Sudahlah, aku tak
peduli” Tiffany memotong perkataan Taeyeon dari dalam selimut.
“Ehmm...aku tahu kalau
kau-”
“Omong kosong!
Tak ada yang kau ketahui dariku!”
Lagi-lagi ia memotong
perkataannya.
“Aku tahu segalanya
tentangmu, Fany-ah...” sanggah Taeyeon.
“Lagi-lagi omong kosong!
Apa kau tahu bahwa aku sangat cemburu
ketika kau berduaan dengan namja itu?
Apa kau tahu bahwa aku selalu
memperhatikanmu di kelas?
Apa kau tahu bahwa aku selalu khawatir
setiap kali Kwon Lucy memarahimu?
Apa kau tahu bahwa aku adalah orang
lain selain kau yang khawatir bila nilaimu merah?
Apa kau tahu kalau aku selalu
mendoakanmu setiap malam?
Apa kau tahu perasaanku padamu?
Kau tidak tahu kan?!
Jawab aku, Taeyeon!
Jawab aku!! ”
Isakan tangis yeoja di
dalam selimut itu memecah keheningan kamar tersebut.
Taeyeon hanya terdiam
bisu.
Matanya berkaca-kaca.
TIFFANY POV
-Flashback-
“Hey Shindong, apa menurutmu aku perlu
meneleponnya lagi?”
“Hmm...ternyata
namanya Shindong”
“Aigoo....jangan tanya aku, aku tak
tahu. Aku tak mengerti wanita. Mereka itu sulit dimengerti. Aku hanya lapar”
“Ishhh kau ini....” kata namja di
sebelahku, kemudian mengambil HP di sakunya.
Ia terlihat memainkan HP nya sambil
menyetir.
Dan terlihat gugup serta terlihat
bimbang.
“Ah nanti sajalah” katanya sambil
meletakkan HP nya di dekat rem tangan.
Iseng-iseng aku melirik sedikit ke arah
layar HP itu.
Aku melihat tulisan di layar HP nya.
Last
call: Taeyeon (Today. 18:06)
“.......t-taeyeon....???”
“Hey nona, namamu siapa?” tanya
Shindong, jelas-jelas padaku.
“.................”
“Ah dia tak dengar ya.... Hey Leeteuk,
coba tanyakan namanya” lanjut Shindong sambil menepuk pundak namja yang
mengemudikan mobil itu.
Namja di sebelahku menepuk
pundakku.
“Ehm....kalau boleh tau, siapa
namamu?”
“E-eh mian. Namaku Tiffany. Hwang Tiffany.”
Kataku sambil membungkukkan badan ke arahnya.
“Ohh, aku Leeteuk. Dan temanku
ini Shindong. Senang berkenalan denganmu”
“Ne. Nado” jawabku singkat,
karena masih kaget melihat nama Taeyeon di layar HP nya.
“Nanti aku turun di depan situ”
kataku sambil menunjuk asrama HyoSang yang sudah agak terlihat.
“Ah, arraseo”
Mobil pun berhenti melaju.
Aku keluar dari mobil, dan
namja yang bernama Leeteuk pun keluar.
“Kamsahamnida...” aku berterima
kasih sambil membungkukkan badan.
“Ne. Gwaenchana....” Ia
membalasnya dengan senyuman.
Namja itu kembali masuk ke
mobil, dan melajukan mobilnya lagi.
“Hmmm. Apakah dia itu...........
.......Leeteuknya
Taeyeon??”
-Flasback End-
Aku meremas-remas sprei
tempatku berbaring.
Tak tahu lagi apa yang
harus dikatakan, saking kesalnya.
Sekelilingku basah
semua oleh air mata.
Air mata yang keluar
sia-sia.
Untuk seseorang yang
mungkin tidak memperdulikanku.
Keheningan kurasakan.
Apa ia masih ada di
luar sana?
Aku perlahan membuka
selimut yang bergambar boneka beruang yang sedari tadi menutupi seluruh
tubuhku.
Cih. Masih ada.
Ia terduduk di depanku.
Seketika aku langsung
menutup kembali kepalaku dengan selimut tadi.
“Tiffany.....”
Ia menyebut namaku
dengan suaranya yang lembut.
Aku tak menggubrisnya.
“Fany ah....”
Kali ini dengan suara lebih
keras dari sebelumnya.
Diam saja. Aku tak
peduli.
Terdengar ia turun dari
tempat tidurnya dan berjalan ke arahku.
Dan membuka selimutku.
“Perasaan apa yang kau
sembunyikan dariku?”
Tanya nya padaku,
terlihat matanya berkaca-kaca.
Aku langsung mengambil
kembali selimutku, tapi ditahan olehnya.
Ia membaringkanku
kembali.
“Katakan.....apakah
kau..........
...........menyukaiku?”
*DEG*
Jantungku langsung
berdegup kencang ketika mendengar pertanyaan itu.
Kembali kuremas sprei
tempatku berbaring.
“Apa aku wajib menjawab
itu?”
“Tentu saja”
“Wae?”
Taeyeon meletakkan
tangannya di pipiku.
“..........”
“Kenapa? Kau tidak bisa
jawab kan?”
“Karena........”
“Karena aku menyukaimu,
Tiffany”
*DEG*
Detak jantungku semakin
cepat.
Darahku mengalir hebat.
Tanganku bergetar.
“Jadi jawablah.
Tiffany, apa kau menyukaiku?”
Katanya sambil mengelus
lembut pipiku sampai ke leherku.
“Ughh Taeyeon....” kataku dalam hati.
“Aku akan membuatmu
menjawab pertanyaanku ini, Fany”
Ia berpindah posisi ke
hadapanku.
Tidak. Tepatnya ke
atasku.
Tangannya belum lepas
dari pipiku.
Matanya masih
berkaca-kaca. Makin terlihat karena pantulan lampu yang remang-remang.
Ia mendekatkan mulutnya
ke telingaku.
“Jawab aku, Fany....”
Desahan nafasnya masuk
ke telingaku.
“Ishhh..... geli
Taeyeon-ah!”
Aku menghindari
kepalanya, tapi tangannya menahan kepalaku untuk tetap di situ.
Aku merasakan sesuatu
yang lembut menempel di telingaku.
Ya. Itu bibirnya.
“Mmhhh hentikan
Taeyeon....”
“Tidak sebelum kau
menjawabnya, Tiffany”
Kembali ia mengecup
telingaku.
Bukannya aku tak mau
menjawab. Tetapi aku mau ini terus berlanjut.
Kini badannya menempel
dengan badanku.
Lebih tepatnya, ia
menimpaku.
Tercium wangi parfum
yang khas.
Parfum yang biasa
dipakai oleh Taeyeon.
“Andwae Taeyeon.....”
ucapku perlahan.
Kini bibirnya sudah
menjelajahi leher kananku.
Lidahnya bergerilya di
belakang telingaku.
“Cukup
Taeyeon...aishhh” Aku mendorongnya, menahannya untuk berhenti memainkan
lidahnya di leherku.
Ia berhenti, kemudian
menatapku.
“Wae? Kau tidak
menyukainya?” tanya Taeyeon padaku.
“Aniya....aku hanya
ta-”
Kata-kataku terhenti,
bukan karena sengaja kuhentikan.
Tapi karena bibir
mungilnya telah mengunci bibirku.
*****
,pnasaran sama klanjutan'a,,
ReplyDeletehuuEe,, daebak :)
author nya juga penasaran ._.v
ReplyDeleteDi tunggu kelanjutanya :D
ReplyDelete,udah ngga sabar thorr,,
ReplyDeletehuuEee,, lanjut'in,, jebal,, :D
Hai annyeooong akunew reader nih.. Wah ceritanya keren banget thor. Lanjut sampe beres tjor haha ceritanya ngena banget��
ReplyDeleteDasar byuntae
ReplyDeleteEnter your comment...lanjut dong ...penasaran nih ...
ReplyDeleteEnter your comment...lanjut dong ...penasaran nih ...
ReplyDelete