“My ex?
We are not friends.
We are not enemies.
We are just strangers with some memories.”
TAEYEON POV
Ya.
Dia adalah mantanku.
Seseorang yang membuatku nyaman sekaligus membuatku sakit
hati setiap kali aku mengingat tentangnya.
Masih kurasakan sentuhan hangat tangan seseorang di
punggungku.
Masih kurasakan elusan lembut di kepalaku.
Masih kurasakan dekapan ini menyelimutiku.
Perlahan aku melepaskan dekapan tersebut.
“Taeyeon....apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba menangis?”
tanya namja yang berada di depanku itu.
“Hmm... aniyo oppa...aku tak apa-apa” jawabku jelas-jelas
bohong.
“Jangan bohong. Tak mungkin kau menangis tanpa alasan,
kan...”
“Mian, bukannya aku tak mau cerita. Tapi..... ini masalah
pribadi”
“Begitukah? Ah, baiklah. Ini...” katanya sambil
meyodorkan tisu ke arahku.
Kuharap Hyesung oppa mengerti alasanku tak menceritakan
tentang masalahku ini.
Aku melihat ke arah layar handphone-ku yang dari tadi
kugenggam.
Masih tertera di situ daftar panggilan terakhir.
Last
incoming call: Leeteuk (Today. 18:06)
-Flashback-
Aku termenung di bawah langit yang
diselimuti oleh bintang-bintang yang bertebaran.
“Hmm.
Malam yang indah” kataku dalam hati.
“Ini Tuan Putri...”
Terdengar seseorang memanggilku dan
menyodorkanku sesuatu.
“Ah apaan sih oppa ini...” kataku
sambil tersenyum kecut dan mengambil minuman yang disodorkannya.
Aku langsung menancapkan sedotan dan
menyeruputnya.
“Haha maaf ya lama, tadi tempatnya
penuh sih” ucap seseorang di sebelahku.
Aku menatapnya.
Menatap seseorang yang berada di
sebelahku itu.
“Ne, gwaenchana oppa^^” kataku sambil
tersenyum padanya.
Kembali kuseruput minumanku.
‘SROOTT’
Aku menggoyang-goyangkan gelas minuman
tersebut.
“Yahh habiss...”
“Mwo?
Cepat sekali kau meminumnya” Dia menatapku bingung.
“Mau aku belikan lagi?” tawarnya.
“Ah ani... tidak usah, sudah cukup kok”
Aku melihat ke sekeliling, mencari
tempat untuk membuang gelas tersebut.
Kusipitkan mataku, terlihat gentong
berwarna merah di situ.
“Hmm...” Aku melemparkan gelas tersebut
ke arah tong itu.
‘SYUUTT’
Yap. Tepat sasaran.
“Hihi..” Aku tertawa kecil sambil bertepuk
tangan sendirian.
Terdengar seseorang menahan tertawa,
tepat di belakangku.
Aku berbalik.
“Aisshhh..oppa-ya”
Aku menyipitkan mataku dan menatapnya.
“Hhaha Taeyeon...sedari dulu kau tak
berubah ya. Tetap saja seperti anak kecil” katanya sambil mengampiriku dan
mengacak-acak rambutku.
“Ya! Oppa!”
Hmm memang benar apa katanya.
Aku memang sulit menghilangkan sifat dorky-ku ini.
“Ishh...” Aku merapikan kembali
rambutku.
“Sini kubantu” Katanya sambil ikut
merapikan rambutku.
Aku membiarkannya merapikan rambutku.
“Nah sudah cantik sekarang” Ia menaruh
tangannya di bahuku.
“Taeyeon-ah...”
“Ne, oppa?”
Aku menatapnya.
Dia menatapku.
Kami saling bertatap-tatapan.
Kulihat bibirnya mulai bergerak,
seperti akan mengatakan sesuatu.
“Saranghae Taeyeon...”
Kemudian namja itu memegang daguku,
mendekatkan mukanya pada mukaku.
Desahan nafasnya terdengar sangat
dekat.
“Nado sa-....mmh” Belum selesai aku
menjawab, bibirnya sudah mengulum bibirku duluan.
Aku tersentak kaget.
Dia merangkul pinggangku, menjelajahi mili demi mili bibirku
menggunakan bibirnya.
Bibir kami saling berpagutan.
“Mmmhh...” Ia mengulum lidahku,
membuatku agak sulit untuk bernafas.
Aku menarik kembali lidahku,
menghentikan ciumannya, kemudian mendorongnya mundur.
“W-wae Taeyeon?” Ia kebingungan.
“Biarkan aku bicara dahulu”
“Hmm?” Ia masih kebingungan.
“Nado saranghae Leeteuk oppa....”
Langsung kurangkul lehernya dan kembali
mengulum bibirnya.
Kami berciuman di bawah langit yang diselimuti
oleh jutaan bintang gemerlap.
Di atas sebuah jembatan yang berada di
sebuah taman .
Hanya ditemani oleh gemersik daun yang
saling bergesekan yang tergoda oleh angin malam itu.
Dan seekor burung hantu, yang mungkin
penasaran apa yang kulakukan dengan Leeteuk oppa.
“Ah,
ciuman itu...”
-Flashback end-
Kurasakan sesuatu mengulum bibirku.
Bukan, bukan sesuatu. Tepatnya seseorang.
Aku merasakan sesuatu yang aneh.
“Hmmpph!” Aku mendorongnya dengan cukup kuat.
Aku mengelap bibirku, dan segera melempar pandanganku ke
arah seseorang di depanku.
Kusipitkan mataku agar terlihat lebih jelas.
“Mwo?!
Hye-hyesung o-oppa?” dalam hati aku tersentak kaget.
“Apa yang dia
lakukan?”
“Apa yang
kulakukan?”
“Mengapa.......kami
bisa berciuman?”
Aku berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya.
Yang terakhir kuingat hanyalah kami berdua berpelukan,
selebihnya aku lupa.
Kini, kami berdua saling bertatapan.
Sinar matanya memperlihatkan bahwa dia sedang takut
sekaligus bingung atau apalah itu.
Segera kutundukan kepala dan memeluk jaketku erat-erat.
“Aku duluan” ucapku sambil melangkah pergi
meninggalkannya.
TIFFANY POV
Aku mencengkram erat batang pohon di depanku, dan
mencakar-cakarnya seperti kucing yang sedang mengasah kuku-kukunya.
Suara rontokan dari batang tersebut terdengar gemerisik
terjatuh ke arah rerumputan tempatku berdiri.
Kubiarkan tangan kiriku mencakar-cakar pohon tersebut.
Mencungkili setiap inchi batang pohon itu.
Sedangkan tangan kananku menggantung, masih terasa sakit
akibat terkena serpihan kaca.
Ingin rasanya tiba-tiba pohon ini jatuh dan menimpa
mereka berdua.
Ya, mereka berdua.
Mereka berdua yang sedang ada di depanku.
Mereka berdua yang sedang berpelukan dengan mesra.
Taeyeon dan Hyesung.
Aku berbalik dan langsung terduduk di belakang pohon
tersebut sambil memeluk lututku.
Tak tahan melihat mereka berdua berpelukan.
Terlihat tetesan air terjatuh kearah rerumputan di
bawahku.
Tidak, bukan hujan.
Aku menangis.
Kembali tetesan itu membasahi rerumputan tersebut.
“Aisshhh...” keluhku, kemudian aku tertunduk.
Entah berapa lama.
Kuberanikan diri lagi melihat apa yang mereka berdua
lakukan sekarang.
Kuintip perlahan dari balik pohon.
*DEG*
Tanganku mengepal sangat erat.
Kali ini lebih dari sekedar berpelukan.
Kepala Taeyeon agak mendongak ke atas.
Wajahnya tepat berada di depan wajah Hyesung.
Bibir mereka bersentuhan.
Ya, mereka berciuman.
Terlihat bibir Hyesung mengulum bibir Taeyeon, menjelajahi
setiap mili bibirnya.
Tanpa
kusadari air mata telah membanjiri pipiku.
Aku
langsung berbalik dan berlari entah kemana.
Berlari tanpa
tujuan yang jelas.
Aku
membasuh pipiku yang basah dengan lengan jaket yang berwarna pink.
Gelapnya
malam membuatku kehilangan arah.
Masa
bodoh.
Aku tetap
berlari di tengah dinginnya malam yang menusuk kulitku.
Baru
kusadari bahwa aku telah keluar dari kompleks asrama HyoSang.
Aku tak
peduli.
Rasanya
aku ingin jauh dari mereka. Mereka berdua.
Aku tetap
berlari sekuat tenaga.
Dua berkas
cahaya bulat berwarna oranye menyorot tepat ke mataku.
Dengan
segera aku hentikan langkahku dan menutup mata.
‘CCKIIITTT’
Terdengar
suara ban bergesekan dengan aspal.
Aku
mencoba membuka mata, terlihat mobil sedan berwarna hitam, berjarak sekitar 1
meter di depanku.
Lampu
mobil pun padam.
Dari dalam
mobil terlihat seorang namja memakai baju putih agak kekecilan dengan rambut
blonde menatap ke arahku.
Kami
saling bertatapan.
Namja itu
pun membuka pintu mobilnya dan berjalan, menuju ke arahku.
“Hey..kau
tak apa?” tanyanya terlihat khawatir.
“Ah..n-ne...”
Segera aku menghapus noda air mata yang masih membekas di pipiku.
“Malam-malam
begini mengapa kau sendirian di luar? Eh...kau sendirian kan?”
“Hmmm...”
aku hanya mengangguk perlahan.
“Sudah ya,
aku mau kembali ke asramaku” kataku tanpa basa-basi.
Aku
menatapnya sebentar, dan kemudian berbalik untuk pergi.
“Ehh
tu-tunggu...” katanya agak terbata-bata.
“Perlu
k-kuantar?” tawarnya.
Langkahku
berhenti dan menoleh kearahnya.
“Boleh...”
“Tiffany, apa yang kau
lakukan?? Kau bahkan belum mengenalnya. Semudah itukah kau menerima
tawarannya??” hati kecilku berbicara demikian.
Ahh.
Apa peduliku.
Aku berjalan
di belakangnya, menuju mobil sedan hitam itu.
Hawa yang
cukup hangat terasa dalam mobil itu.
Lebih hangat
dibandingkan udara luar yang menusuk.
Aku duduk di
sebelahnya, di sebelah bangku pengemudi.
“Kau pikir
apa yang kaulakukan??”
Suara
seseorang terdengar dari jok belakang.
Aku kaget.
Kaget setengah mati.
Segera aku
menengok ke belakang.
Terlihata
seorang namja menggunakan kaos coklat duduk di bangku belakang.
Badannya
cukup besar, atau bisa dibilang gemuk.
“Hmm..pegulat sumo seperti Kwon Lucy rupanya”
kataku dalam hati.
“Aku hanya
ingin mengantarnya. Tidak salah kan” ucap namja di sebelahku itu.
Namja
berbadan besar itu kemudian menatapku, dan segera menatap ke namja di
sebelahku.
“Ah terserah
kau lah” kata namja di belakang itu.
“Hmm...”
namja di sebelahku hanya tersenyum simpul.
“Itu
temanmu? Kukira kau sendiri” kataku sambil mengatur nafas karena kaget tadi.
“Haha mian. Iya,
itu temanku” jawabnya sambil menyalakan mesin mobil.
Mobil pun
mulai melaju perlahan, ke arah asrama HyoSang.
“Hey
Shindong, apa menurutmu aku perlu meneleponnya lagi?”
“Hmm...ternyata namanya Shindong”
“Aigoo....jangan
tanya aku, aku tak tahu. Aku tak mengerti wanita. Mereka itu sulit dimengerti.
Aku hanya lapar”
“Ishhh kau
ini....” kata namja di sebelahku, kemudian mengambil HP di sakunya.
Ia terlihat
memainkan HP nya sambil menyetir.
Dan terlihat
gugup.
Serta terlihat
bimbang.
Entah
kenapa.
“Ah nanti
sajalah” katanya sambil meletakkan HP nya di dekat rem tangan.
Iseng-iseng
aku melirik sedikit ke arah layar HP itu.
Aku melihat
tulisan di layar HP nya.
Last call: Taeyeon (Today. 18:06)
“.......t-taeyeon....???”
“Hey nona,
namamu siapa?” tanya Shindong, jelas-jelas padaku.
“.................”
“Ah dia tak
dengar ya.... Hey Leeteuk, coba tanyakan namanya” lanjut Shindong sambil
menepuk pundak namja yang mengemudikan mobil itu.
-ToBeContinued-
No comments:
Post a Comment